Ibarat masakan, selalu manis menimbulkan kebosanan. Adanya asin, pedas, bahkan pahit justru memberikan nuansa kenikmatan.
Demikian pula dengan hubungan antar manusia. Jika takut bermasalah, tak perlulah merajut cinta. Jika khawatir ada friksi, berhentilah menjadi kawan. Jika tak suka pada kekurangan manusia, carilah sahabat selain manusia, yang tak hidup, mungkin.
Karena hidup menuntut dinamika.
Berpindahnya rasa dari manis, kepada asin, kepada pedas, bahkan kepada pahit, justru menjadikannya nikmat. Dinamika ini adalah niscaya. Jika jiwa merasa bermasalah dengan dinamika, maka masalahnya ada di dalam jiwa, bukan pada dinamika.
Bayangkan, jerapah dan banteng berlarian di sabana, gajah yang sedang bermandikan air kubangan, juga rusa-rusa yang sedang beradu tanduk. Tampak menyenangkan penuh daya tarik.
Coba pindahkan adegan tersebut ke halaman rumah kita. Jangankan jerapah dan banteng, apalagi gajah dan rusa-rusa, seekor tikus pun cukup membuat kehebohan.
Di manakah letak perbedaannya?
Lapangnya sabana dan sempitnya halaman rumah kita.
Kelapangan membuat masalah besar terlihat kecil bahkan indah.
Kesempitan membuat masalah kecil terlihat besar dan menghebohkan.
Di usia cinta dan persahabatan yang semakin bertambah, mari evaluasi kelapangan dada kita. Apakah semakin bertambah atau semakin berkurang.
Apakah masalah membuat kita merenovasi dada kita hingga semakin lapang, atau membuat kita semakin mengunci hati bahkan left sana sini?
Rabbisy rahlii shadrii
Wayassirlii amrii
Wahai Rabb-ku, lapangkanlah dadaku
dan permudahlah urusanku
Demikian pula dengan hubungan antar manusia. Jika takut bermasalah, tak perlulah merajut cinta. Jika khawatir ada friksi, berhentilah menjadi kawan. Jika tak suka pada kekurangan manusia, carilah sahabat selain manusia, yang tak hidup, mungkin.
Karena hidup menuntut dinamika.
Berpindahnya rasa dari manis, kepada asin, kepada pedas, bahkan kepada pahit, justru menjadikannya nikmat. Dinamika ini adalah niscaya. Jika jiwa merasa bermasalah dengan dinamika, maka masalahnya ada di dalam jiwa, bukan pada dinamika.
Bayangkan, jerapah dan banteng berlarian di sabana, gajah yang sedang bermandikan air kubangan, juga rusa-rusa yang sedang beradu tanduk. Tampak menyenangkan penuh daya tarik.
Coba pindahkan adegan tersebut ke halaman rumah kita. Jangankan jerapah dan banteng, apalagi gajah dan rusa-rusa, seekor tikus pun cukup membuat kehebohan.
Di manakah letak perbedaannya?
Lapangnya sabana dan sempitnya halaman rumah kita.
Kelapangan membuat masalah besar terlihat kecil bahkan indah.
Kesempitan membuat masalah kecil terlihat besar dan menghebohkan.
Di usia cinta dan persahabatan yang semakin bertambah, mari evaluasi kelapangan dada kita. Apakah semakin bertambah atau semakin berkurang.
Apakah masalah membuat kita merenovasi dada kita hingga semakin lapang, atau membuat kita semakin mengunci hati bahkan left sana sini?
Rabbisy rahlii shadrii
Wayassirlii amrii
Wahai Rabb-ku, lapangkanlah dadaku
dan permudahlah urusanku
Komentar
Posting Komentar