Rasulullah shallallahu `alahi wa sallam bersabda;
...وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ
"...Dan malu adalah sebagian dari iman"
(HR. Muslim)
Kesempurnaan iman seseorang tampak dari kesempurnaan sifat malunya.
Malu yang dimaksud adalah malu dalam perihal buruk. Semakin seseorang malu untuk bermaksiat, malu untuk berakhlaq buruk, malu untuk berkata kasar, semakin sempurnalah imannya.
Selain menjadi _display_ keimanan, malu juga merupakan _display_ dari akal.
Semakin berkembang akal manusia, maka semakin sempurnalah rasa malunya.
Sebagaimana bayi yang tidak malu tampil tanpa baju di hadapan manusia, seiring berkembang akalnya maka semakin sempurnalah manusia menutup auratnya.
Oleh karena itu, kedewasaan fisik yang tidak diikuti kedewasaan malu membuka aurat, menunjukkan akal yang kekanak-kanakan, selain kekurangsempurnaan iman.
Demikian juga dengan ketaatan kepada Allah dan kesantunan kepada manusia, semakin tidak malu dalam melanggarnya, semakin menunjukkan betapa tidak dewasa akal dan imannya.
Begitu pentingnya rasa malu, sindiran bagi yang tidak memilikinya telah menjadi bagian nasihat kenabian sejak lampau.
...إِنَّ مِـمَّـا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى : إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ ؛ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
"...Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, *'Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu'* "
(HR. Bukhari)
🌱🌱Bogor, 2 Ramadhan 1438H
Komentar
Posting Komentar