Langsung ke konten utama

Bahaya Mengancam Ketika Merasa Aman

Merasa aman bahwa buah hati kita baik-baik saja, dan menolak belajar dan menerima masukan dari orang lain merupakan pintu awal masuknya bahaya.

Ada beberapa contoh sikap MERASA AMAN yang mungkin sering terjadi dalam pendidikan anak;

🎯"Ah, dulu saya kecil lebih bandel, biarin ajalah, nanti juga jadi baik sendiri"

Jangan samakan zaman kita dengan zaman anak kita. Terlalu naif.

Zaman dulu tidak sama dengan zaman sekarang. Lingkungan kita dulu juga bukan lingkungan anak kita sekarang. Belum lagi kalau bahas mainan. Jauh beda.

Didiklah anak sesuai zamannya, karena dia hidup bukan di zaman kita hidup dahulu.

Dan kita pun menjadi orang tua di zaman yang berbeda dengan orang tua kita dahulu. Jangan disamakan.

🎯 "Anak saya kan sekolah islam, setiap hari ke rumah tahfizh, tidak mungkin berperilaku buruk"

Mungkin kita lupa cerita Adam dan Hawa?

Mereka "diajar" langsung oleh Allah dan sehari-hari tinggal di surga dengan segala kemuliaannya.

Apakah itu membuat mereka aman dari ketergelinciran?

Ternyata tidak.

Sekelas mereka pun, ternyata masih bisa tergoda iblis sehingga melanggar aturan Allah.

Jadi, kita sebagai orang tua selayaknya tidak merasa aman begitu saja terhadap perkembangan anaknya, tanpa usaha maksimal.

Setan tidak selemah itu. Jangan kita terlalu pede.

Atau jangan-jangan "terlalu pede"nya kita sebenarnya dari setan? Agar ia mudah menggoda anak kita?

Atau mungkin itu sekedar tameng kita. Tameng atas kemalasan untuk belajar lebih baik dalam mendidik buah hati.

Semoga tidak.
Semoga Allah menolong kita menjaga titipanNya sebaik-baiknya.

#AyoLebihBaik

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...