Langsung ke konten utama

Adab Bercanda

Islam adalah agama pertengahan (wasathan), yang mengatur segala permasalahan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Mulai dari masalah kenegaraan, sampai masalah ringan seperti bercanda.

Islam mengajak duduk tenang belajar, juga aktif berolahraga. Mengajak khusyu ibadah juga giat berdagang. Juga, mengajak serius menjalani hidup tapi tidak lupa bersantai.

Dalam Islam bersantai dan bercanda-tawa ini dibolehkan sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga melakukannya.

Di antara contoh paling terkenal dalam hal ini adalah candaan Rasulullah saw terhadap seorang nenek tua, tentang surga.

Diriwayatkan dari Al-Hasan Radhiyallahu ‘anhu (Ra), dia berkata, seorang nenek tua mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Saw). Nenek itu berkata, wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Nabi menjawab: Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua. Nenek tua itu pun pergi sambil menangis.

Nabi berkata: “Kabarkanlah kepadanya bahwa wanita tersebut tidak akan masuk surga dalam keadaan seperti nenek tua.

Rasulullah lalu membaca ayat:  “Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung. Lalu Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Yang penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
(QS. Al-Waqi’ah: 35-37)

Sebagaimana Rasulullah saw telah mencotohkan adab berdagang, adab berumah tangga, adab bertetangga, dst, maka dalam bercanda ini pun ada adab-adab yang beliau ajarkan.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah."
(QS. Al-Ahzab:21)

Berikut ini adab bercanda yang digariskan manusia terpilih, Al Mustofa, shallallahu `alayhi wasallam:

1. Tidak berdusta

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya aku juga bercanda, namun aku tidak mengatakan kecuali yang benar.”
(HR. Ath-Thabrani)

Dalam hadits lain beliau bersabda,

“Celakalah seorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.”
(HR. Ahmad)

Dua hadits ini merupakan peringatan keras bagi kita semua.

Di zaman medsos ini terkadang ada BC candaan yang bersifat dusta. Bedakan, antara BC fiktif, dan BC dusta.  Fiktif boleh, asal memang jelas dari awal bahwa itu fiktif. Adapun dusta, nuansanya dibuat seolah benar padahal dusta (misal ada data hari, jam dll).

Yang paling sering di BC biasanya candaan berbahasa asing (resep nasi briyani dari India, kisah sedih dari Thailand dll). Padahal ketika dicek dengan google translate, jelas isinya berbeda. Dan ini termasuk dusta dalam candaan.

2. Tidak Menghina dan Mempermainkan Agama

Allah berfirman:

لاَ تَعْتَذِرُواْ قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَآئِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَآئِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُواْ مُجْرِمِينَ

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Mengapa kepada Allah,dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?.”
(QS. At-Taubah: 65)

Tidak sedikit pelawak yang jatuh dalam larangan ini. Jangan kita ikut2an jatuh.

3. Tidak Menghina Orang Tua Orang Lain

Dari Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya termasuk diantara dosa terbesar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, ” Beliau ditanya; “Bagaimana mungkin seseorang tega melaknat kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama.”
(HR. Bukhari)

Ini juga terkadang menjadi lawakan di televisi, yang ditiru juga di masyarakat. Misal dengan mengatakan; "Ibu Lo pasti ngidam XXX ya waktu hamil Lo" dst.
Padahal ini termasuk dosa besar.

4. Tidak banyak tertawa

Sesuatu yang berlebihan itu pasti tidak baik. Susu yang menyehatkan pun (bahkan disunnahkan Nabi) akan jadi penyakit jika diminum 1 galon misalnya. Bahkan tilawah quran dilarang berlebihan (kalau kita sih lebih banyak kekurangannya). Maka apalagi dengan bercanda.

“Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.”
(HR. At-Tirmidzi)

"...Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis..."
(HR. Muslim)

5. Tidak Bercanda tentang Nikah, Talak, dan Rujuk

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ جِدُّهُنَّ جِدٌّ وَهَزْلُهُنَّ جِدٌّ النِّكَاحُ وَالطَّلاَقُ وَالرَّجْعَةُ

“Tiga perkara yang serius dan bercandanya sama-sama dianggap serius: nikah, talak, dan rujuk”.
(HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)

Khususnya tentang talak (cerai), hal ini sangat perlu hati2. Karena di antara amal tertinggi setan adalah memisahkan sepasang manusia yang sebelumnya bersatu dengan akad suci.

Mayoritas ulama mengatakan bahwa nikah, talak dan rujuk akan sah walaupun bercanda. Karenanya, sangat perlu diwaspadai.

6. Tidak Menakut-nakuti Seseorang  atau Mengambil Hartanya

Suatu hari seseorang menyembunyikan cambuk milik sahabat yang sedang tertidur.  Waktu terbangun, orang itu ketakutan karena merasa kehilangan cambuk.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Saw) bersabda: “Tidak halal bagi seorang Muslim membuat takut Muslim yang lain.”
(HR. Abu Dawud)

Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam juga bersabda,

لَا يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ صَاحِبِهِ لَاعِبًا وَلَا جَادًّا وَإِنْ أَخَذَ عَصَا صَاحِبِهِ فَلْيَرُدَّهَا عَلَيْهِ

“Janganlah salah seorang kalian mengambil barang temannya (baik) bermain-main maupun serius. Meskipun ia mengambil tongkat temannya, hendaknya ia kembalikan kepadanya.”
(HR. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi, dan al-Hakim)

Menyembunyikan sandal, ponsel, buku, dll milik teman dengan maksud bercanda termasuk yang tidak disukai dalam Islam berdasarkan hadits2 ini.

7. Tidak Memutus Persaudaraan

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."

(QS. Al-Hujurat: 10)

Jangan sampai candaan kita yang kita maksudkan untuk mencairkan suasana dan mendekatkan hati justru menimbulkan permusuhan.

Lihat dengan siapa kita bercanda, perhatikan kata-kata yang dipakai, sesuaikan dengan tempat dan kondisi.

Di antara syariat agung dalam Islam ini adalah bolehnya berdusta untuk mendamaikan sesama muslim yang bertengkar.

Perhatikanlah, jika dusta termasuk dosa yang diharamkan dicampur dalam candaan (adab no.1), tetapi justru diperbolehkan jika dipakai dalam rangka mendamaikan perseteruan sesama muslim.

Semoga Allah memudahkan kita ikhlas dalam setiap candaan, berharap hanya ridho Allah semata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...