Langsung ke konten utama

Berdoa Tapi Merugi


🍃🍂💦

Di antara kelompok ayat ayat yang terkait dengan puasa terselip ayat tentang do'a.

Ayat tersebut ibarat perintah tersirat agar kita banyak berdoa di bulan Ramadhan, bulan yang mulia dan penuh berkah ini.

Allah swt berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran."
(QS. Al-Baqarah: 186)

Secara sederhana dari ayat ini dapat difahami:

1️⃣ Allah adalah dekat sehingga kita tidak memerlukan perantara untuk berdo'a kepadaNya.

Karena dekatnya ketika berdo'a  seseorang tidak perlu berteriak cukup dengan suara lirih Allah pasti mendengar.

2️⃣ Jaminan Allah atas pengabulan do'a dengan syarat disampaikan dengan sungguh-sungguh  dan tidak meminta sesuatu yang haram.

Ada frasa kalimat yang menarik “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”. 

Dari anak kalimat ini dapat ditafsirkan ada indikasi bahwa ada orang yang berdoa tetapi tidak bermohon.

Artinya mulut melafalkan doa tetapi hatinya melayang entah kemana. Salah satu hadits Nabi shallallaahu alaihi wa sallam menyebutkan;

“Ketahuilah bahwasanya Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan kosong.”
(HR. Tirmidzi)

3️⃣ Permohonan doa harus diiringi dengan iman dan ketaatan.

Maknanya adalah sebelum berdoa kita memantapkan keimanan dan ketaatan kita kepada Allah.

Setelah do'a terkabul kitapun harus tetap dalam keadaan iman dan taat kepada Allah.

Allah sangat murka kepada seseorang yang berdo'a kemudian dikabulkan oleh Allah, setelah itu dia mengenyampingkan keimanan dan menghilangkan ketaatan.

Allah menamakan orang yang demikian sebagai al musyrifin (orang-orang yang berdosa dan melampaui batas).

🍂 Apa yang sering kita minta saat berdo'a?

🔺 Ketika seseorang kekurangan rizki orang langsung berdo'a memohon tambahan rizki.

🔺 Ketika seseorang badannya sakit orangpun langsung berdo'a agar segera diberi kesembuhan.

🔺 Ketika seseorang merasa derajatnya rendah untuk urusan dunia, maka dia akan berdo'a agar diberikan kemuliaan.

Untuk hal-hal tersebut umumnya orang berdo'a dengan khusyu'. Bahkan kalau ada yang menganjurkan tambahan ibadah sunnah tertentu seperti puasa, sholat hajat, dzikir dengan jumlah yang sangat banyak, mereka dengan semangat akan melakukannya.

🍃 Marilah kita intropeksi..

🔷 Pernahkan kita merasa iman kita lemah, kemudian  kita berdo'a dengan khusyu' untuk meminta tambahan iman?

🔷 Pernahkah kita  merasa bahwa amal sholeh kita masih terlalu sedikit, karena banyak amalan sunnah yang luput kita kerjakan, kemudian kita berdo'a dengan khusyu' agar kita dimudahkan untuk melakukannya?

🔷 Pernahkan kita berdo'a mohon agar istiqomah dalam ketaatan sampai akhir hayat?

🔷 Apa yang PALING KITA KHAWATIRKAN terhadap anak-anak kita, apakah masa depan, mereka di dunia atau masa depan mereka di akhirat?

Bandingkaan kekhusyuan kita ketika kita berdo'a kepentingan dunia dan akhirat untuk anak-anak kita.

💦 Orang yang meminta hanya untuk dunia tidak akan memperoleh bagian di akhirat

Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 200;

…فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ

"….. ada sebagaian manusia yang (hanya) berdoa : 'Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia', maka *tiadalah baginya bagian di akhirat*”.

_Secara syariat tidak dilarang berdoa kepada Allah untuk kepentingan dunia, karena kepada siapa kita meminta tolong untuk urusan dunia selain kepada Allah._

Yang terlarang adalah ketika ketika berdoa kepada Allah, kita hanya meminta untuk urusan dunia saja dan tidak mengangap penting kita memohon urusan akhirat.

Di bulan yang penuh berkah ini marilah kita perbanyak permohonan untuk akhirat kita, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk keluarga.

Ditulis di Pondok Kelapa, 17 Ramadhan 1441 H, pukul 22.25 WIB
Wallahu a’lam
Tabik
Mohammad Rosyad

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...