Langsung ke konten utama

Kemenangan Gaza dan Istiqamah Membela Hingga Al-Aqsa Merdeka

 


Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar..

Demikianlah takbir menggema di Kota Gaza beberapa hari terakhir ini. Masyarakat Gaza, mengagungkan Allah sebagai rasa syukur atas pengumuman resmi akan dilaksanakannya gencata senjata. Sebagian kita melihat mungkin gencatan senjata tidak menyelesaikan masalah, tapi jika kita membayangkan penderitaan selama lebih dari 450 hari yang dirasakan saudara seiman di Gaza, niscaya kita bersyukur sebagaima mereka bersyukur.

Gencatan senjata bermakna, terhentinya pembunuhan saudara-saudara seiman kita. Berhentinya aliran darah mereka. Dan bagi Allah, terbunuhnya satu orang mukmin itu lebih berat, daripada hilangnya dunia, demikian kabar shahih dari Nabi kita shallallahu ‘alaihi sallam.

Gencatan senjata juga bermakna, pengakuan atas negara Palestina dan perjuangan kemerdekaan, perjuangan dakwah. Sebagaimana Piagam Madinah menjadi bukti pengakuan kaum Yahudi terhadap kaum Muslimin pimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Juga sebagaimana Perjanjian Hudaibiyah menjadi bukti pengakuan Kafirin Mekkah terhadap entitas negara Madinah. Sungguh Allah Maha Teliti dalam menentukan kebangkitan umat Islam.

Namun kita tidak akan berhenti pada gencatan senjata. Apalagi kita mengetahui bahwa sifat-sfat khianat Yahudi sudah viral sepanjang sejarah manusia. Maka kita harus kuatkan Azzam kita,  bahwa tujuan akhir kita adalah kemerdekaan Al-Alqsa! Tanah suci ketiga kita!

Allah telah mengabadikan kemuliaan Al-Alqsa dalam Al-Quran,

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra’: 1)

 

Kemuliaan dan keberkahan Al-Aqsa Allah sandingkan dengan Masjidil Haram dalam ayat ini. Maka jika kita biasa merindukan Masjidil Haram, dan bermimpi-mimpi mengunjunginya, berikanlah Al-Aqsa rindu yang sama, dan mimpi yang sama.

Jika kita memasang foto Masjidil Haram di rumah kita dan mengajak istri dan anak kita tuk bercita-cita ke sana, maka pasanglah pula foto Masjidil Aqsa, dan jelaskan bahwa ini adalah Tanah Suci Ketiga dan masih dijajah penjahat, maka jadilah kita, dan keluarga kita para pembebasnya, dan para perindunya.

Mari terus berdoa untuk saudara seiman kita di Gaza. Mari terus berdoa untuk kemerdekaan Al-Aqsa. Mari terus berdonasi untuk mereka. Mari terus posting perjuangan dan kesabaran mereka yang mewakili kita membelas Al-Aqsa. Dan mari terus boikot, produk dan merk pendukung penjajah, semampu kita.

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda;

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Muslim)

Mari terus berjuang, sampai Al-Aqsa merdeka, dan Allah memberi kita rizki menunaikan shalat di dalamnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Wali Santri untuk Anak di Pondok

  (… sebutkan nama anak …)  اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ اَللَّهُمَّ فَقِّهُّ فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ اللَّهُمّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ اللَّهُمّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبَهُ، وَنُوْرَ صَدْرَهُ، وَجَلاَءَ حُزْنَهُ، وَذَهَابَ هَمَّهُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لَهُ شَأْنَهُ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْهُ إِلَى نَفْسِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ Artinya: “Ya Allah rahmatilah (nama anak), Ya Allah pahamkanlah ia agama-Mu, dan ajarkanlah tafsir kepadanya (1), Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya (2), Ya Allah jadikanlah Al-Quran hiburan di hatinya, cahaya di dadanya, penghapus kesedihannya, dan penghilang kegelisahannya (3), Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon, perbaikilah segala urusan anakku, jangan serahkan kepada dirinya sendiri walau hanya sekejap mata (4). Ya Rabb, anugerahkanlah aku anak yang ...

PRINSIP TAISIR DALAM FIQIH MENURUT MANHAJ WASATH

Masjid Al Ghiffari IPB 8 Oktober 2017 Kajian rutin Ahad kedua Dr. Taufiq Hulaimi, Lc, MA Link rekaman video di youtube: #1: https://youtu.be/RAu9KP5ihq4 #2: https://youtu.be/ugKbRapphBI #3: https://youtu.be/bfbqMWPrKfM Prinsip pertama dalam manhaj al wasathiyah adalah at taysir. At taysir: *Fiqih dibuat mudah selama masih ada dalil yang mendukungnya.* Kebalikannya: At tasyaddud: Fiqih dibuat keras dan berat. AL WASATHIYAH Al Azhar Mesir mensosialisasikan prinsip al wasathiyah. *Al wasathiyah artinya di tengah.* Sesuatu yang terbaik. Wasathiyah kurang tepat jika diterjemahkan dengan kata 'moderat' tetapi lebih tepat diterjemahkan sebagai 'yang terbaik.' Manusia ada kecenderungan untuk menjadi terlalu keras atau terlalu cair. Islam tidak keduanya, tetapi di tengah. Dan biasanya *yang terbaik adalah yang di tengah.* Terlalu keras, segalanya tidak boleh, ekstrim kanan. Terlalu cair, segalanya boleh, ekstrim kiri. وَكَذَٰ...

Mahabbatullah II: Pupuk Cinta dan Tanda-Tanda Cinta

Melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang sebab-sebab Mahabbatullah, kali ini kita akan membahas tentang amalan yang dapat memupuk Mahabbatullah dan tanda-tanda Mahabbatullah dalam diri kita. Di antara amalan pemupuk cinta adalah; 1. Membaca dan merenungi surat-surat cinta-Nya Allah azza wajalla, telah mengirimkan surat-suratNya kepada kita melalui perantaraan utusanNya al Mustofa. Maka jalan pertama untuk mencintai-Nya adalah dengan membaca surat-surat itu. الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (al Baqarah 121) Dan tidak hanya membaca, tapi juga memperhatikan ayat-ayatnya dan mengkajinya. كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا...