Langsung ke konten utama

Postingan

Kemenangan Gaza dan Istiqamah Membela Hingga Al-Aqsa Merdeka

  Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.. Demikianlah takbir menggema di Kota Gaza beberapa hari terakhir ini. Masyarakat Gaza, mengagungkan Allah sebagai rasa syukur atas pengumuman resmi akan dilaksanakannya gencata senjata. Sebagian kita melihat mungkin gencatan senjata tidak menyelesaikan masalah, tapi jika kita membayangkan penderitaan selama lebih dari 450 hari yang dirasakan saudara seiman di Gaza, niscaya kita bersyukur sebagaima mereka bersyukur. Gencatan senjata bermakna, terhentinya pembunuhan saudara-saudara seiman kita. Berhentinya aliran darah mereka. Dan bagi Allah, terbunuhnya satu orang mukmin itu lebih berat, daripada hilangnya dunia, demikian kabar shahih dari Nabi kita shallallahu ‘alaihi sallam. Gencatan senjata juga bermakna, pengakuan atas negara Palestina dan perjuangan kemerdekaan, perjuangan dakwah. Sebagaimana Piagam Madinah menjadi bukti pengakuan kaum Yahudi terhadap kaum Muslimin pimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Juga sebagaima...
Postingan terbaru

Beruntunglah Sekolah yang Benar-Benar Memiliki Murid

Mengutip pemaparan Dr. Wido Supraha, kata murid (مريد) berasal dari bahasa Arab yang sering diartikan “seseorang yang berkomitmen” dan akarnya berasal dari kata iradah (keinginan yang kuat dari dalam diri) atau willpower .  Dikatakan bahwa Imam Abul-Qasim Al-Qusyairi (w.465 H) dalam ar-Risalah al-Qusyairiyah fi ‘Ilm at-Tashawwuf, membahas mendalam masalah penggunaan kata murid ini; Murid adalah seseorang yang memiliki kehendak meniti jalan menuju Allah ﷻ, sebagaimana seorang ‘alim yang memiliki ilmu untuk menguatkan kealimannya. Kehendak yang kuat itu menjadi semacam muqaddimah dalam menjalani perjalanan panjangnya hingga kelak bertemu Allah ﷻ. Dari sana, maka sekolah yang memiliki murid dalam makna yang sejati, berarti memiliki anak-anak yang berkeinginan kuat terhadap ilmu, sebagai jalan untuk menuju Allah ta'ala. Bukan yang semangat ke sekolah hanya karena ingin main sama teman, ngobrol tentang bola dan korea, atau mengejar hadiah-hadiah kuiz di kelas. Guru jadi haru...

Trade Off

"Wahai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?" "(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." "Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam taman surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar." [Ash-Shaff: 10-12] Potongan ayat ini menguatkan pesan bahwa, untuk mendapatkan kenikmatan yang besar perlu perjuangan besar, perlu ada yang dikorbankan. Ibnul Qayyim bahkan menyebutkan; " Semua orang yang berakal dari seluruh ummat bersepakat bahwa kenikmatan tidak dapat diraih dengan kenikmatan." (Miftah Daarus-Sa'adah 15/2) Jadi, bagi orang berakal, tidak diterima cara-cara gampang  tuk menggapai kesuksesan. Tidak dite...

Keluarga Kaya Raya

Terciduk seorang ayah kaya raya pulang subuh dari masjid bersama anaknya. Di timur Jawa, ketika waktu subuh dimulai jam 03:47. Jika  2 rakaat sunnah qabliyah subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya, Maka apalagi 2 rakaat shalat fardhu subuh yang dilakukan berjamaah di masjid, Maka apalagi dengan seorang ayah yang membangunkan anaknya untuk shalat subuh ke masjid. (Jam berapa sang ayah harus bangun?) Demikian dahsyat limpahan kebaikan dari Allah di waktu subuh. Dunia dan seisinya pun serasa kecil tak sebanding! Sungguh kaya raya , keluarga yang setiap hari tidak melewatkan "perdagangan" ini. Allah menjual dunia dan seisinya, mereka membelinya dengan shalat subuh di masjid berjamaah. === Tuban, 88 Hari menuju Ramadhan

Tadabbur Kemenangan

Ketika pertolongan Allah datang... إِذَا جَآءَ نَصْرُ ٱللَّهِ وَٱلْفَتْحُ Kemenangan hakiki hanya datang karena pertolongan Allah. وَرَأَيْتَ ٱلنَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفْوَاجًا Tanda kemenangan hakiki adalah, berbondong-bondongnya manusia mendukung dakwah ini. Bukan (sekedar) terpilihnya 1 manusia sebagai pejabat/pimpinan tertentu. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَٱسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابًۢا Pemenang hakiki adalah orang yang banyak bertasbih dan beristighfar. Belum menang mungkin karena Allah ingin kita lebih banyak bertasbih dan beristighfar. Tasbih diikuti sikap yakin Allah Maha Suci dari salah menetapkan takdir. Istighfar diikuti sikap terbuka mengakui kesalahan bukan mencari-cari pembenaran. Mungkin ada lisan yang kebablasan, atau batas-batas syariat yang agak diremehkan. سبحانك اللَّهُمَّ رَبَّنا وبحَمْدِك، اللَّهُمَّ اغفِرْ لنا

Indahnya Kegelapan

Gelap data. Ibarat kondisi mati lampu, maka ucapan pertama seorang beriman adalah; astaghfirullah . Dalam kondisi gelap, dan tidak punya ilmu, orang beriman akan lebih cenderung bersandar kepada Yang Maha Rahman. Maka, di masa perhitungan suara pemilu, selain mereka yang diberi tugas khusus, lebih baik gelap data. Jadi lebih banyak berdzikir. Info sepotong, info tidak resmi, info tidak final, berisiko mengalihkan jiwa dari dzikir. Kalau info itu bilang jagoan kita menang, maka berisiko jumawa. Kalau info itu bilang jagoan kita kalah, maka berisiko lisan menggerutu, bahkan putus asa. Zaman informasi seperti sekarang, manusia memiliki godaan nafsu baru; nafsu menjadi pengamat dan penganalisa. Padahal info baru sepotong, tidak resmi, belum final pula. Apa manfaatnya menganalisa info yang sepotong, tidak resmi, dan belum final? Orang-orang sibuk membicarakan? Bilang saja tidak tahu. Bukankah tidak tahu itu setengah dari ilmu? Seandainya tidak sibuk kepo dan sibuk jadi penganal...

Walau Sedikit

Imam Syafi'i rahimahullah berkata tentang Surat Al-'Ashr: “Seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan hujjah untuk para makhlukNya kecuali surat ini, maka itu sudah cukup.” Kalimat ini menunjukkan bahwa, meskipun surat ini pendek dan ayatnya sedikit, tapi maknanya mendalam. Seolah memberi nasihat pada kita penampakan yang sedikit, tidak menunjukkan rendahnya kedudukan. Demikian juga kita dalam beraktifitas kebaikan. Meskipun yang berjihad sedikit, yang berdakwah sedikit, yang datang halaqah sedikit, itu sama sekali tidak menunjukkan kerendahan. Bahkan justru kemuliaan. Karena itu, patut berhati-hati, ketika kita justru mengikuti yang kebanyakan . Karena sedikit yang jihad, jadi malas ikutan. Karena sedikit yang ngaji, jadi tidak semangat. Karena masjid sepi, jadi malas berjamaah. "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka...