Langsung ke konten utama

Jalur Utama Penularan Covid19?



Ini adalah publikasi yang dikeluarkan Pemprov Hiroshima Jepang pada Des 2020 terkait jalur penularan Covid19.

Jalur utama yaitu sebesar 34% adalah via kegiatan makan bersama.

Sedangkan jalur penularan terbesar kedua adalah dalam keluarga; 23%.

Keduanya memang kondisi di mana protokol kesehatan tidak dijalankan optimal; tidak pakai masker dan tidak  jaga jarak.

Menurut Profesor Erin Bromage, berbicara 5 menit (tanpa masker dan jaga jarak), dengan orang positif covid19, bisa memenuhi kuota paparan partikel virus yang dibutuhkan untuk terinfeksi (1000 partikel virus).

Atau cukup dengan terkena 1 kali batuk/bersin dari orang positif (tanpa masker).

Adapun jika hanya bernafas berdekatan tanpa berbicara, diperlukan waktu minimal 50 menit untuk bisa terpapar.

Selain masker dan jaga jarak, para ahli juga menyarankan perhatian khusus pada aliran udara.

Ventilasi yang sangat baik pada kegiatan berkumpul akan menurunkan risiko infeksi. Ruang terbuka dan aliran udara akan mengencerkan jumlah partikel virus yang terhirup sehingga tidak cukup kuotanya untuk bisa menginfeksi.

Di antara risiko lain yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pertemuan adalah OTG. Merasa sangat sehat bukan berarti bisa meremehkan protokol.

Persenstase OTG menurut CDC Amerika adalah sekitar 30% dari total positif covid19 yang ada.

Artinya, berbicara, berdekatan, tanpa masker dengan orang yang sangat sehat sekali pun masih bisa menularkan. Baik kita menularkan lawan bicara kita karena tidak sadar OTG, atau sebaliknya.

Jadi, tetaplah menjaga protokol maksimal saat harus mengadakan pertemuan; masker, jaga jarak, ventilasi.

Rendah tingginya protokol menentukan rendah tingginya risiko penularan.

Ohya, tsunami covid19 di India sehingga mencapai 300 ribu kasus terjadi karena meremehkan protokol.



Bogor, 19 Ramadhan 1442


===

Referensi:
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/planning-scenarios.html

https://www.erinbromage.com/post/the-risks-know-them-avoid-them?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...