Langsung ke konten utama

Kehidupan Dunia Hanyalah Permainan, Mainlah dengan Serius...

"Dan kehidupan dunia tak lain adalah
 permainan..." 
(QS. Al-An’am: 32)

Syarat menikmati permainan setidaknya ada 2;

1. Fair play

Mainlah dengan fair play, jaga aturan dan akhlak.

Jangan melanggar aturan permainan dari "Sang Pembuat Permainan"; jaga sholat, tutup aurat, hindari riba, dsb.

Ada pelanggaran yang dihukum di tengah permainan (dunia), seperti pelanggaran yang terkena kartu kuning atau kartu merah.

Tapi ingat, adapula pelanggaran yang nanti ketahuannya, atau dihukumnya, setelah permainan. 

Ibarat menyogok wasit, atau pakai dopping, bisa diadili di mahkamah asosiasi dan kena degradasi.

Kalau di akhirat, degradasinya ke neraka. Na'udzubillah.

2. Serius bermain

Permainan yang enak dilihat itu permainan yang dimainkan dengan serius. 

Berusaha menang. Adu strategi yang optimal, dst. Sambil tetap jaga fair play.

Apa enaknya menonton tim bola yang dari awal niatnya kalah?

Atau cuma main seadanya, oper-operan kayak orang latihan.

Yang nonton ga suka, yang main juga kayaknya ga bahagia. Ga ada adrenalinnya.

Maka demikian juga harusnya orang beriman. Mainlah di dunia dengan niat menang. Usaha optimal. 

Kalau toh akhirnya nanti trofi tidak diberikan kepada kita di akhir permainan, minimal kita kalah dengan membusungkan dada, karena telah memberikan yang terbaik.

Atau minimal kita tetap dapat fair play award.

Ya, mau main dengan strategi apa pun, tetaplah fair play, jaga syariat dari Sang Pembuat.

Ga dapet medali dari permainan (dunia) itu gapapa. Tapi degradasi (ke neraka) sakitnya tuh di sini.

Selamat hari Senin!


===
Bogor,
±187 hari menuju Ramadhan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...