Kenyataan memang tidak selalu sesuai harapan. Berharap anak rajin sholat, sejak kecil diajarkan, tapi kok gedenya masih malas-malasan.
Demikian juga dengan harapan semangat ngaji, akhlak mulia dll. Terkadang dirasa; kok jauh dari blue print di kepala orang tuanya.
Dalam kondisi demikian, 3 tips ini bisa kita coba.
1. Husnuzhon pada masa depan anak
Mereka masih memiliki masa yang panjang. Potensi "turning point" mereka masih banyak.
Fudhail bin 'Iyadh, sebelum menjadi ulama besar, adalah seorang perampok yang ditakuti. Di usia 40 tahunlah ia bertaubat ketika mendengar lantunan ayat ke 16 surat Al-Hadid. Setelah itu ia melesat cepat, bahkan menjadi guru dari Imam Syafi'i.
Kita tidak tahu ayat yang mana, nasihat siapa, yang akan menjadi kunci pembuka hati anak kita di masa depan.
Tapi jika seorang perampok masih Allah izinkan menjadi ulama besar, maka selayaknya anak kita juga berhak atas masa depan yang cerah di sisi Allah.
Mari tetap berprasangka baik terhadap anak kita, bahwa setiap didikan kita yang ikhlas dan istiqamah, akan berbuah pada waktunya.
2. Jangan turunkan level doa kita
Ketika menemui anak yang sulit diajak mengikuti harapan, sebagian kita mungkin ada yang menyerah dengan mengatakan; "sudahlah yang penting sholat", "yang penting ga nyusahin orang", dll.
Jangan.
Mari tetap jaga idealisme harapan kita. Sebagaimana harapan 'ibadurrahman yang Allah abadikan dalam Al-Furqan;
.. ÙˆَٱجْعَÙ„ْÙ†َا Ù„ِÙ„ْÙ…ُتَّÙ‚ِينَ Ø¥ِÙ…َامًا
".. dan jadikanlah kami (sekeluarga) sebagai pemimpin orang-orang bertakwa"
Allah mengarahkan hamba-Nya tuk meminta tidak sekedar menjadi bertakwa, tapi menjadi pemimpinnya orang bertakwa!
Terkadang kita memang meleset dari target. Tapi bila menargetkan sesuatu yang tinggi, kalaupun meleset setidaknya tidak akan jauh dapatnya.
Maka tetaplah jaga harapan tinggi kita tuk anak-anak kita.
Ingat kembali kisah Fudhail bin Iyadh; mantan perampok yang berubah menjadi ulama, bahkan guru dari Imam Syafi'i.
3. Istighfar
Tips ketiga ini juga terilhami dari Fudhail bin 'Iyadh.
Diriwayatkan bahwa beliau rahimahullah mengaku mengetahui dirinya bermaksiat kepada Allah ketika melihat perilaku buruk istrinya atau bahkan ketika hewan tunggangannya sulit dikendalikan (Al-Bidayah wan-Nihayah 10/215).
Maka, bisa jadi, tidak sesuainya perilaku anak-anak dengan harapan kita adalah karena dosa-dosa kita kepada Allah.
Durhaka kita kepada orang tua kita dulu, harta haram yang menyelinap dalam nafkah-nafkah kita, atau mungkin kelalaian yang kita anggap kecil, tapi ternyata besar di sisi Allah.
Karenanya, saat kita temukan anak kita tidak sesuai harapan, mulailah dengan istighfar dari hati kita sendiri.
Semoga Allah mudahkan hidayah untuk kita dan keluarga kita.
Selamat berlibur.
===
Kota Bogor,
76 hari menuju Ramadhan 1444
Komentar
Posting Komentar