Suatu ketika Ibnu Syihab, Rabi'ah, dan Malik duduk saling mempelajari ilmu.
Ibnu Syihab melontarkan sebuah permasalahan. Rabi'ah pun menjawab sementara Malik diam.
Ibnu Syihab bertanya, "Kenapa Engkau tidak menjawab?"
Dengan sopan, Malik menjawab, "Sudah dijawab Pak Guru".
Ibnu Syihab membalas, "Kita tidak akan berpisah sebelum Engkau menjawab."
Malik akhirnya memberikan jawaban berbeda dengan jawaban gurunya, Rabi'ah.
Seraya mengagumi pendapat Malik, Ibnu Syihab berkata, "Mari kita merujuk perkataan Malik".
(Tartibul Madarik I:66).
Terkadang sebagian penuntut ilmu, memaksakan pendapat yang menurutnya lebih _rajih_, lebih kuat, ketika menemui praktik amal yang berbeda.
Bahkan sampai merendahkan pendapat para guru, para ulama terdahulu. Seolah-olah hanya dia dan ustadznyalah yang paling paham fikih dan teks-teks hadits.
Marilah kita mengambil adab dari imam kaum muslimin; Malik bin Anas rahimahullah. Betapa ia menghormati pendapat gurunya, walaupun ia memiliki pendapat berbeda yang lebih kuat (menurutnya).
Sebaliknya, ketika ada pendapat berbeda yang disampaikan kepada kita, hendaklah kita terbuka untuk mendengarkannya, sebagaimana adab Gurunya Imam Malik rahimahullah.
===
Kota Hujan,
54 Hari Menuju Ramadhan
Komentar
Posting Komentar