Langsung ke konten utama

Walau Tak Bertemu Ananda


Ini adalah kisah Ibunda Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah..

Suatu ketika Sang Anak tercinta menulis surat kepadanya. Memohon maaf atas jauhnya dirinya dari Sang Ibunda, karena kesibukan dakwah dan khidmat untuk Islam dan kaum muslimin.

Sebagaimana direkam dalam Majmu' Fatawa 28/48, berikut isi surat jawaban Sang Ibunda.

=====

Wahai Anakku tercinta, Ahmad bin Taimiyyah,

Wa 'alaikas salam Warahmatullah Wabarakatuh

Sesungguhnya demi Allah, untuk tujuan itulah aku mendidik dirimu, untuk berkhidmat di medan dakwah islam dan kaum muslimin aku bernadzar tentang dirimu. Dan di atas Syariat Islam aku mengajarimu.

Jangan engkau sangka wahai anakku, bahwa dekatnya dirimu denganku lebih aku cintai dari dekatnya dirimu dengan agamamu dan khidmatnya dirimu untuk Islam dan kaum muslimin di penjuru dunia.

Justru wahai anakku, sesungguhnya keridhaan diriku padamu sebanding dengan sejauh mana jasamu untuk agamamu dan kaum muslimin.

Aku tidak akan bertanya padamu kelak di hadapan Allah tentang jauhnya dirimu denganku, karena aku tahu di mana dirimu dan apa yang sedang engkau lakukan. 

Namun wahai Ahmad, aku akan bertanya padamu di hadapan Allah, dan akan menuntutmu jika engkau tidak membela Agama Allah, dan menolong saudaramu dari kalangan Muslimin.

Semoga Allah meridhai dirimu dan selalu memberikan cahaya pada jalanmu serta menunjukimu dalam jalan kebenaran. 

Semoga juga Allah mengumpulkan aku dan engkau di bawah Naungan ‘Arys Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.

Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

=====

Sungguh beruntung orang tua yang dianugerahkan sakinah (rasa tenang), walau tidak bertemu dan berkumpul bersama anak-anaknya, karena tahu anak-anaknya berada dalam keshalihan dan pelayanan di jalan Allah.

Sungguh merugi orang tua yang berkumpul dan bertemu dengan anak-anaknya, tapi hanya tuk melihat bagaimana mereka tidak menegakkan sholat, suka membuka aurat, atau kaya dari muamalah tak sesuai syariat.

Fitnah kubur akan menjadi ringan, dengan kiriman keshalihan anak keturunan. Dan akan menjadi gelap dan berat, dengan hal yang sebaliknya.

Rabbi hablii minashshaalihiin...

--------
Jelang Ramadhan 1446

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...