Di musim sekolah, anak-anak sekolah islam dan pondok diarahkan dengan baik sehingga teratur mengamalkan Sholat Dhuha, Dzikir Matsurat, dan Tahsin Tilawah.
Lalu kenapa, ketika di musim liburan, di rumahnya sendiri, anak-anak itu seperti kehilangan arah? Tak ada lagi Dhuha, Matsurat dan Tilawah?
Mungkin ini sekulerisme gaya baru? Ibadah-ibadah itu hanya kegiatan sekolah, jadi di luar sekolah tidak perlu lah? (Mirip dengan yang masa sekolah jilbaban, dan lepas semua saat kelulusan).
Repotnya, (sebagian) orang tua di rumah juga punya mindset yang sama;
"Biarinlah, mumpung liburan kasihan capek disuruh2 ibadah".
Ini ga mau anaknya capek demi ibadah, atau ga mau dirinya sendiri capek ngurusin ibadah anak2nya?
"Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. 66:6)
Ini ayat untuk orang tua, bukan untuk guru sekolah, apalagi kepsek dan waka kurikulum.
Jangan sampai anak justru tersesat di rumahnya sendiri. Tersesat di musim liburan.
Aktifitas baik itu perlu dijaga, diperjuangkan agar terjaga. Dipahamkan, dengan iman, agar terjaga.
Menjaga ibadah itu hadiahnya surga. Karenanya perlu pengorbanan. Kalau kegampangan, hadiahnya mungkin cuma kipas angin.
===
Tepi Barat Kota Bogor,
Akhir 1446 Hijriah
Komentar
Posting Komentar