Langsung ke konten utama

Sulaiman The Magnificient

Itulah julukan yang diberikan bangsa Eropa kepada salah satu pemimpin terbesar Daulah Utsmaniyyah (tahun 1520-1566), yang berhasil melakukan pembebasan demi pembebasan wilayah di sekitar Turki, Balkan, Laut Hitam, Eropa Timur, Jazirah Arab, Laut Mediterania, hingga Afrika Utara.

Pembebasan tersebut bukan hanya untuk negeri-negeri kaum Muslimin.

Di bawah komando Laksamana Lautnya yang terkenal: Heyruddin Barbarossa, Daulah Utsmaniyyah masa itu juga membantu pembebasan Kota Nice dan Pulau Korsika di Perancis dari penjajahan Spanyol atas permintaan Raja Perancis, Francois I.

Sebagai imbalan, Pelabuhan Toulon dijadikan sebagai markas angkatan laut Utsmaniyyah, dan kotanya diperintah di bawah hukum Islam dengan lambang Turki Utsmani pada bentengnya.

Tidak berhenti sampai di situ, alasan julukan The Magnificient juga disematkan pada Sultan Sulaiman karena pesatnya pembangunan di masa pemerintahannya, mulai dari darus sifa (rumah sakit), imaret (dapur umum), hamam (pemandian umum), caravanserai (penginapan karavan), sampai aqueduct (kanal irigasi), dsb.

Dan keluarbiasaannya masih belum berhenti di sini.

Sebagai pribadi, Sultan Sulaiman juga dikenal sebagai penyair ulung, menguasai beberapa bahasa asing, ahli ibadah dengan banyak sholat dan puasa serta pernah menulis 8 mushaf Al Quran dengan tangannya sendiri.

Jika oleh Eropa ia dijuluki The Magnificient, oleh ulama dan rakyatnya ia dijuluki Al-Qanuny atau si pembuat Qanun (Undang-Undang), karena jasanya dalam merumuskan perundangan kerajaan berbasis Al-Quran dan As-Sunnah.

Begitu dahsyatnya pemerintahan Islam di zamannya, sampai-sampai kabar wafatnya (akibat sakit) dirayakan besar-besaran oleh para musuhnya.

Ada cerita menarik di saat pengurusan jenazah sang Sultan.

Orang-orang dikejutkan dengan wasiatnya untuk dikuburkan bersamanya sebuah kotak yang terkunci rapat.

Para ulama khawatir jika di dalamnya terdapat perhiasan, karena memendam harta bersama mayat terlarang dalam syariat.

Maka dibukalah kotak itu.

Ternyata isinya adalah tumpukan kertas fatwa para ulama.

Ini karena Sultan tidak pernah memutuskan sesuatu kecuali telah jelas hukum syariatnya dengan meminta peritimbangan ulama.

Sampai masalah melumuri pohon dengan semen putih untuk mencegah tersebarnya semut pun ditanyakan ke ulama, karena khawatir membunuh semut disebabkan hal itu.

Wasiat agar dibawanya kertas-kertas fatwa itu saat pemakaman seolah-olah agar ia bisa berhujjah di sisi Allah ketika ditanyakan alasan amal-amalnya di dunia.

Syaikh Abu Su'ud Afandi, ulama kerajaan yang menghadiri pemakamannnya pun berkata:

"Telah kau selamatkan dirimu wahai Sulaiman. Langit manakah yang akan menaungi kami, dan bumi manakah yang akan kami pijak, jika ternyata fatwa-fatwa kami itu salah?"

=====

Allahummaghfirlahu warhamhu wa`afihi wa`fu`anhu wa akrim nuzulahu wa wassi' madkhalahu waghsilhu bil maai wats tsalji wal barad.

=====

BUKAN UTOPIA yang ingin dibangun ketika sejarah kehebatan peradaban terdahulu dihadirkan.

Tapi sejarah justru suatu peringatan dan penyemangat, bahwa manusia pernah mencapai puncak itu.

Bahwa manusia punya potensi untuk sampai ke sana.

Sebagaimana Sulaiman The Magnificient, manusia biasa seperti kita, tapi dia tidak hanya mampu menjadi ahli tata kota, tapi juga ahli militer, ahli perundangan dan Al Quran, ahli bahasa, di samping seorang ahli ibadah yang banyak sholat dan puasa.

Inikah potensi sebenarnya dari manusia?

Bagaimanakah cara mencapainya?

Ini yang harusnya timbul ketika membaca  sejarah peradaban hebat masa lalu.

Kalau kita memilih untuk tidak sombong bahwa manusia telah tereksplorasi sempurna potensinya dalam satu abad terakhir, maka kita akan mudah mengakui bahwa ada potensi tersembunyi manusia yang belum diketahui di mana puncaknya.

Bagaimanakah cara mencapainya?

Yang pasti dengan aktivitas, amal, dan kerja harian yang super efektif dan super efisien. Bukan sibuk bersantai, sibuk memikirkan hiburan, apalagi sibuk makan dan memikirkan makanan.

Akuilah, kalau kita belum banyak bersyukur atas potensi super besar yang dianugerahkanNya.

Minimal, dengan mengakuinya dan banyak istighfar, kita boleh berharap Allah akan membukakan jalan untuk mengeksplorasi potensi super itu.

Allahul musta`an

[Referensi utama kisah Sulaiman The Magnificient diambil dari karya Kalijaga_Z berjudul serupa terbitan Pro-U Media]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...