Langsung ke konten utama

Mempersiapkan Kesehatan Fisik dan Kesehatan Dompet Menyambut Ramadhan

Kurang dari 30 hari lagi kita akan memasukin Ramadhan. Mari persiapkan maksimal Ramadhan kita, tidak hanya dari sisi ilmu syariat, tapi juga kesehatan fisik dan kesehatan dompet. Semoga Allah menolong kita.

Kita bisa berangkat dari 2 parameter sukses Ramadhan dari sisi fisik dan dompet. Setidaknya menurut hemat saya.

1. Turunnya berat badan. Iya dong, kan puasa, alias mengurangi makan. Masa’ malah naik. Pasti ada yang salah.

2. Berkurangnya pengeluaran konsumsi pribadi. Pastinya gitu ya, kan puasa, belanja makanan berkurang.

Terus bagaimana persiapannya?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” 
(HR. An Nasa’i, hasan).

Yuk latihan puasa sejak Sya’ban. Yang banyak puasanya, ga usah tanggung-tanggung.

Kalau Rasulullah saw sudah biasa jarang makan dalam kehidupan sehari-hari, jadi enak aja puasa terus. Kita dah terlalu biasa banyak makan sehari-hari, jadi yuk semangat latihan dari bulan Sya’ban. 

Bunda Aisyah radhiallahu 'anha bercerita; "Semenjak tiba di Madinah, Keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah merasa kenyang dari makanan gandum hingga tiga malam berturut-turut sampai beliau meninggal."
(HR. Bukhari no.5973)

Ummul mu'minin radhiallahu 'anha juga pernah bilang;
"Keluarga Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan dua kali dalam sehari kecuali salah satunya dengan makan kurma."
(HR. Bukhari no.5974)

Malu ya, kalau baca-baca hadits tentang makan Rasulullah saw. 

Apalagi kalau baca kitab Syamailul Muhammadiyyah di mana bunda Aisyah diceritakan menangis ketika suatu saat makan kenyang (sepeninggal Rasulullah saw), karena teringat Rasulullah saw yang biasa lapar semasa hidupnya.

Beda banget ya, kalau kita kenyang ngantuk. Kalau bunda Aisyah kenyang malah sedih.

Dan, penting kita pahami banget bahwa puasa ini sangat menyehatkan. Sudah banyak riset tentang kebaikan puasa. Mulai dari membantu mengatasi hipertensi, penyakit jantung, diabetes, sampai bikin awet muda, dll. Rujukan risetnya baca di sini ya;
http://berkebunsejuk.blogspot.com/2021/02/manfaat-puasa-menurut-studi-kesehatan.html

Selama ini rajin puasa tapi tidak merasakan efeknya? Mungkin kebanyakan sahur dan berbukannya . Jadi balas dendam gitu. Bukannya sehat, malah kebalikannya.

Nah, mengontrol menu sahur dan berbuka agar tidak berlebihan ini masuk poin kedua persiapan Ramadhan; MANAJEMEN KEUANGAN.

Kalau makan konsumsi pribadi dikurangi ajalah. Kecuali hiburan buat anak-anak yang baru belajar puasa. Kalau bapak ibunya sih standar aja. Automaticly pasti hemat uang belanja. Kan standar, dan dipotong satu kali ga makan.

Uang belanja pribadi dihemat. Hematnya bisa buat memperbanyak sedekah.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)

Ohya, mulai Sya’ban ini juga bisa lho bayar Zakat Mal. Ga perlu nunggu Ramadhan.
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan,

“Diriwayatkan bahwa sebagian salaf mengeluarkan zakat harta mereka di bulan Sya’ban dengan tujuan agar kaum miskin dan dhu’afa mampu menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.” [Fathul Baari 13/311]

Jadi mulai hemat dg banyak-banyak puasa Sya’ban, dan mulai banyak sedekah (zakat) di bulan Sya’ban.. Gaspoll sampai Ramadhan.

Semoga Allah menolong kita menjaga amanah kesehatan fisik dan rizki di dompet. Karena tidak ada yang bisa menolong kecuali Dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...