Langsung ke konten utama

Pendidikan Anak ala Ibrahim as (Bag. 1)

Di antara metode pendidikan anak yang dicontohkan manusia pilihan langit diceritakan dalam cuplikan kisah berikut:

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'."

[QS. As-Shaffat: 102]

Mimpi para Nabi as, berdasarkan Aqidah Islam adalah bagian dari wahyu. Sehingga menjadi kewajiban bagi para Nabi as untuk melaksanakannya.

Namun, lihatlah bagaimana Ibrahim as mengkomunikasikan kewajiban ilahiah ini kepada anaknya;

".. Maka pikirkanlah, apa pendapatmu? "

Sebuah dialog, bahkan ketika kontennya adalah sesuatu yang sangat prinsip; wahyu Allah.

Inilah salah satu metode pendidikan anak yang sangat penting. Mengajaknya dialog.

Jika Ibrahim as masih membuka dialog dengan anaknya bahkan untuk konten yang sangat prinsipil sekalipun, maka dialog dalam konten yang di luar itu tentu lebih digalakkan.

Maka tidak tepat, bila orang tua memaksakan keinginannya begitu saja dalam pendidikan anak.

Misalnya;

"Pokoknya ga boleh jajan sembarangan"

Kalimat seperti ini hendaknya diubah menjadi;

"Nak, menurut Bunda jajan sembarangan itu tidak sehat. Bagaimana menurutmu?"

Atau kalimat:

"Awas kalau ga ngaji ya!"

Hendaknya diubah menjadi:

"Nak, Allah yang menciptakan kita sangat suka jika kita mengaji, maka bagaimana menurutmu?"

Dst.

Dialog, memang terkesan melelahkan dan memakan waktu lebih lama dibanding perintah satu arah.

Tapi jangan-jangan, perintah satu arah justru menghabiskan waktu lebih lama, karena tidak menumbuhkan pemahaman pada anak, sehingga perlu diulang-ulang terus. Apalagi kalau perintahnya sambil marah dan memicu cek-cok mulut, malah lebih melelahkan. 

Maka pikirkanlah, apa pendapatmu, wahai para orang tua.

Wallahu a`lam

===
Hikmah dari Kuliah Shubuh Masjid Baitussalam, Bogor Raya Permai
29 Dzulqa`dah 1439H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...