Allah ta`ala berkisah di dalam Al-Quran:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku?'
Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya'."
[QS. Al-Baqarah: 133]
Di usianya yang ke-147, di saat menjelang kematiannya, ternyata dialog keimananlah yang mewarnai percakapan Nabi Ya`qub dengan anak-anaknya yang telah dewasa.
Dialog keimanan antara ayah dan anak ternyata tidak mengenal batas-batas usia. Dewasanya sang anak tidak menjadikan dialog ini hilang antara ia dan ayahnya.
Dialog keimanan adalah bukti kasih sayang terbesar seorang ayah kepada anaknya. Karena keimanan terkait dengan akhirat yang abadi, perkara sangat besar dibanding dunia yang sementara.
Tanggung jawab terbesar seorang ayah terhadap anaknya bukanlah menjadikannya tumbuh sehat atau memiliki perkerjaan yang bagus.
Tapi, tanggung jawab terbesar seorang ayah adalah menjadikan anaknya terbebas dari api neraka.
Semoga Allah menolong kita para ayah tuk menunaikan tanggung jawab ini.
#AyoLebihBaik
Komentar
Posting Komentar