Langsung ke konten utama

Cara Sederhana Menjadi Ahli Surga

Pernah ada seorang Arab Badui datang kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dan dia mengatakan:

”Tunjukkanlah aku kepada satu amalan yang apabila aku mengamalkanya aku akan masuk surga.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

”Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
dan engkau menunaikan shalat yang fardhu, 
serta engkau menunaikan zakat yang wajib,
serta melakukan puasa di bulan Ramadhan.”

Maka Arab Badui itu mengatakan:

”Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, aku tidak akan menambah lagi selain dari amalan-amalan ini.”

Maka tatkala Arab Badui itu sudah berpaling, Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

”Barangsiapa siapa senang melihat seseorang dari ahli surga, maka hendaknya dia melihat kepada orang tersebut.”

(Hadits riwayat Bukhari no.1397 dan Muslim no.14)

Kecerdasan seorang badui dalam bertanya kepada Rasulullah saw, menjadikan kita mendapatkan petunjuk to the point yang praktis dan sederhana untuk masuk surga.

Inilah bagian dari kemudahan Allah untuk umat Islam.

Sederhana saja untuk masuk surga; 

1. Tidak syirik. Jangan meminta bantuan kepada jin, dukun, dll yang menyelisihi syariat Allah.

2. Shalat 5 waktu dengan baik, jangan lalai.

3. Bayar zakat. Hitung dengan baik dan bayarkan.

4. Puasa di bulan Ramadhan.

Cukup.
Ulama menjelaskan bahwa di antara makna hadits ini adalah; orang-orang yang berpegang pada ibadah fardhu akan selamat, walaupun tidak melakukan hal yang sunnah.

Jika dibalik, bisa kita pahami bahwa meninggalkan hal-hal sederhana ini, adalah cara jitu menjadi ahli neraka.

Semoga Allah melindungi kita dari syirik, malas sholat, enggan berzakat, dan lalai berpuasa.



Bogor, 
H+12 Ramadhan 1443

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...