Langsung ke konten utama

Ilmu Penting Yang Tidak Dianggap Penting


Parenting.

Kalau untuk mengajar anak2 di sekolah perlu kuliah jurusan pendidikan.

Untuk menangani remaja labil di klinik konseling perlu ilmu psikologi.

Tapi untuk mendidik dan menangani anak dalam keluarga, tidak perlu ilmu apa-apa. Cukup trial n error.

Hasilnya mungkin sesuai nama metodenya; trial n error. Bukan trial n success.

Padahal mendidik anak merupakan salah satu kewajiban asasi seorang beriman;

"Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...." 
(QS. At-Tahrim: 6)

Kalau punya pegawai atau bawahan tidak menutup aurat, mungkin bosnya ga terlalu ditanya2 di akhirat.

Tapi kalau punya anak tidak menutup aurat, apalagi ga mau sholat, hobi pornografi, bahkan LGBTQ, bapak-ibunya perlu siap-siap dengan jawaban terbaiknya di pengadilan akhirat.

Terus harus gimana?

Terusan ayat 6 surat At-Tahrim di atas mungkin bs jadi petunjuk;

"Wahai orang-orang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taubat...."
(QS. At-Tahrim: 8)

Bisa jadi, inilah salah satu ilmu parenting dalam Al-Quran. Pentingnya parenting diawali dan dihiasi dengan Taubat;

✅ Taubat krn dulu waktu remaja juga sering durhaka ke orang tua sendiri

✅ Taubat krn skrg belum bisa jadi anak sholeh buat orang tua, shg jarang transer pahala jariyah.

✅ Taubat krn sombong merasa bisa ngurus anak sendiri padahal daya dan upaya itu hanya milik Allah.

Dan berbagai celah taubat lainnya, yang bisa jadi awal bagi setiap kita, orang tua, tuk selalu terbuka dengan nasihat dan ilmu, demi perbaikan dan kebaikan keluarga.

Semoga Allah menolong kita.


===
Bogor, 23 Juli 2022

Coretan siang panas, yang panasnya bikin tobat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Wali Santri untuk Anak di Pondok

  (… sebutkan nama anak …)  اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ اَللَّهُمَّ فَقِّهُّ فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ اللَّهُمّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ اللَّهُمّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبَهُ، وَنُوْرَ صَدْرَهُ، وَجَلاَءَ حُزْنَهُ، وَذَهَابَ هَمَّهُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لَهُ شَأْنَهُ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْهُ إِلَى نَفْسِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ Artinya: “Ya Allah rahmatilah (nama anak), Ya Allah pahamkanlah ia agama-Mu, dan ajarkanlah tafsir kepadanya (1), Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya (2), Ya Allah jadikanlah Al-Quran hiburan di hatinya, cahaya di dadanya, penghapus kesedihannya, dan penghilang kegelisahannya (3), Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon, perbaikilah segala urusan anakku, jangan serahkan kepada dirinya sendiri walau hanya sekejap mata (4). Ya Rabb, anugerahkanlah aku anak yang ...

PRINSIP TAISIR DALAM FIQIH MENURUT MANHAJ WASATH

Masjid Al Ghiffari IPB 8 Oktober 2017 Kajian rutin Ahad kedua Dr. Taufiq Hulaimi, Lc, MA Link rekaman video di youtube: #1: https://youtu.be/RAu9KP5ihq4 #2: https://youtu.be/ugKbRapphBI #3: https://youtu.be/bfbqMWPrKfM Prinsip pertama dalam manhaj al wasathiyah adalah at taysir. At taysir: *Fiqih dibuat mudah selama masih ada dalil yang mendukungnya.* Kebalikannya: At tasyaddud: Fiqih dibuat keras dan berat. AL WASATHIYAH Al Azhar Mesir mensosialisasikan prinsip al wasathiyah. *Al wasathiyah artinya di tengah.* Sesuatu yang terbaik. Wasathiyah kurang tepat jika diterjemahkan dengan kata 'moderat' tetapi lebih tepat diterjemahkan sebagai 'yang terbaik.' Manusia ada kecenderungan untuk menjadi terlalu keras atau terlalu cair. Islam tidak keduanya, tetapi di tengah. Dan biasanya *yang terbaik adalah yang di tengah.* Terlalu keras, segalanya tidak boleh, ekstrim kanan. Terlalu cair, segalanya boleh, ekstrim kiri. وَكَذَٰ...

Mahabbatullah II: Pupuk Cinta dan Tanda-Tanda Cinta

Melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang sebab-sebab Mahabbatullah, kali ini kita akan membahas tentang amalan yang dapat memupuk Mahabbatullah dan tanda-tanda Mahabbatullah dalam diri kita. Di antara amalan pemupuk cinta adalah; 1. Membaca dan merenungi surat-surat cinta-Nya Allah azza wajalla, telah mengirimkan surat-suratNya kepada kita melalui perantaraan utusanNya al Mustofa. Maka jalan pertama untuk mencintai-Nya adalah dengan membaca surat-surat itu. الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (al Baqarah 121) Dan tidak hanya membaca, tapi juga memperhatikan ayat-ayatnya dan mengkajinya. كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا...