Quran surat 66 ayat 6 memberi pesan bahwa mendidik keluarga agar terlindung dari api neraka adalah tanggung jawab utama para kepala keluarga yang beriman.
Kepala keluarga yang tidak beriman tidak perlu repot memikirkannya.
Quran juga, memberi contoh dalam banyak kisah bahwa salah satu cara efektif mendidik adalah DIALOG.
Setidaknya ada 3 tips menerapkan cara ini;
1. Dialog Rutin
Menetapkan waktu khusus di mana keluarga berkumpul dan kepala keluarga menguatkan visi misi keluarga, serta saling diskusi antar anggota.
Ketika di pabrik/perusahaan diadakan Apel Senin tuk memastikan semua karyawan on the track dengan visi misi perusahaan, kenapa di keluarga tidak ada?
2. Dialog Saat Senang
Saat jalan-jalan, tamasya, makan bareng, adalah waktu yang tepat menyelipkan dialog-dialog kebaikan, dialog aqidah, atau dialog menjaga syariat sholat sambil bermain kuis mencari masjid terdekat, dll.
Hati senang, perut kenyang, ngomong apapun jadi enak. Sayang kalau tidak dimanfaatkan tuk dialog yang mendekatkan keluarga pada surga.
3. Dialog Saat Sakit
Ini dicontohkan Nabi saw.
Ketika seorang anak yahudi sedang sakit, Nabi saw malah menasehatinya agar memeluk Islam, dan sang anak pun menerimanya (HR. Bukhari no.1356).
Dari hadits ini, ulama berkesimpulan bahwa salah satu waktu yang tepat untuk menasehati anak adalah saat sakit. Anak yang sedang sakit cenderung lebih mudah mendengar dan menerima saran/nasihat orang lain.
Momen ini bisa dimanfaatkan untuk menyelipkan dialog aqidah bahwa hanya Allah yang maha menyehatkan, dialog ibadah pentingnya doa, atau dialog akhlak secara umum, dll.
Di atas itu semua, kebutuhan dialog internal keluarga lebih besar di zaman sekarang, ketika gadget dan internet begitu intens berdialog dengan anak-anak kita. Tanpa pernah kita tahu isi dialognya apa.
Kualitas dialog memang penting, tapi tidak selalu bisa menggantikan kuantitas.
Seperti pertandingan sepak bola, kalau salah satu tim sisa 6 orang (dari awalnya 11), maka otomatis dianggap kalah. Mau seberkualitas apa pun pemainnya.
Selamat ngobrol.
===
Bogor,
28 Rabiul Awwal 1444
Kepala keluarga yang tidak beriman tidak perlu repot memikirkannya.
Quran juga, memberi contoh dalam banyak kisah bahwa salah satu cara efektif mendidik adalah DIALOG.
Setidaknya ada 3 tips menerapkan cara ini;
1. Dialog Rutin
Menetapkan waktu khusus di mana keluarga berkumpul dan kepala keluarga menguatkan visi misi keluarga, serta saling diskusi antar anggota.
Ketika di pabrik/perusahaan diadakan Apel Senin tuk memastikan semua karyawan on the track dengan visi misi perusahaan, kenapa di keluarga tidak ada?
2. Dialog Saat Senang
Saat jalan-jalan, tamasya, makan bareng, adalah waktu yang tepat menyelipkan dialog-dialog kebaikan, dialog aqidah, atau dialog menjaga syariat sholat sambil bermain kuis mencari masjid terdekat, dll.
Hati senang, perut kenyang, ngomong apapun jadi enak. Sayang kalau tidak dimanfaatkan tuk dialog yang mendekatkan keluarga pada surga.
3. Dialog Saat Sakit
Ini dicontohkan Nabi saw.
Ketika seorang anak yahudi sedang sakit, Nabi saw malah menasehatinya agar memeluk Islam, dan sang anak pun menerimanya (HR. Bukhari no.1356).
Dari hadits ini, ulama berkesimpulan bahwa salah satu waktu yang tepat untuk menasehati anak adalah saat sakit. Anak yang sedang sakit cenderung lebih mudah mendengar dan menerima saran/nasihat orang lain.
Momen ini bisa dimanfaatkan untuk menyelipkan dialog aqidah bahwa hanya Allah yang maha menyehatkan, dialog ibadah pentingnya doa, atau dialog akhlak secara umum, dll.
Di atas itu semua, kebutuhan dialog internal keluarga lebih besar di zaman sekarang, ketika gadget dan internet begitu intens berdialog dengan anak-anak kita. Tanpa pernah kita tahu isi dialognya apa.
Kualitas dialog memang penting, tapi tidak selalu bisa menggantikan kuantitas.
Seperti pertandingan sepak bola, kalau salah satu tim sisa 6 orang (dari awalnya 11), maka otomatis dianggap kalah. Mau seberkualitas apa pun pemainnya.
Selamat ngobrol.
===
Bogor,
28 Rabiul Awwal 1444
Komentar
Posting Komentar