Langsung ke konten utama

Alasan Aktifis Dakwah Wajib Memperhatikan Pembinaan Anaknya

1. Kewajiban Pribadi Muslim

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
"Hai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka".

Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu menafsirkan ayat ini sebagai perintah untuk mendidik keluarga (anak).

Kewajiban ini melekat pada pribadi orang tuanya, bukan pada guru, sekolah, murabbi, halaqah, atau pengurus DKM. Mereka hanyalah sistem pendukung, sedangkan kewajiban asasinya pada pribadi orang tua yang melahirkan dan mengasuhnya sejak dari buaian.

2. Kewajiban Pembawa Risalah

Terlalu banyak ayat dan kisah para Rasul tentang bagaimana mereka mewariskan amanah dakwah melalui anak keturunan mereka.

Bahkan seluruh pembawa risalah dianggap anak-anak dari Bapak Para Rasul, sebagaimana bacaan dzikir setiap pagi para aktifis dakwah;

Ashbahnaa 'alaa fithratil islam.... wa 'ala millati abiinaa Ibrahiima

"Kami memasuki pagi di atas fitrah islam... dan di atas jalan ayah kami Ibrahim..."

3. Kewajiban Al-Akh

Terkonsep jelas dalam 7 Tahapan Amal yang digagas Kyai Hasan, bahwa tahapan kedua adalah takwin baitul muslim (pembentukan keluarga islami), yang dengannya akan terwujud nantinya perbaikan masyarakat, negara, hingga islam menjadi soko guru peradaban dunia.

Tanpa takwin baitul muslim, maka tahapan berikutnya tidak akan terwujud. Atau bilapun dipaksawujudkan, akan keropos dan mudah runtuh.

Semoga Allah melembutkan hati kita, para orang tua, tuk serius membina anak-anak kita dan mewariskan dakwah ini pada mereka.



===
Bogor,
Suatu waktu di Sya'ban 1444

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...