Langsung ke konten utama

Ketika Imam Syafi'i Dimarahi Ibunda


Saat menginjak usia 20 tahun, Imam Syafi'i berniat menimba ilmu ke Madinah karena di sana ada Imam Malik yang terkenal keulamaannya.

Ia pun meminta kepada Gubernur Mekkah agar menuliskan surat rekomendasi untuk perjalanannya ke Madinah.

Imam Syafi'i sangat gembira ketika Gubernur Mekkah mengeluarkan surat tersebut, yang berarti akan memudahkan perjalanannya menuntut ilmu ke Darul Hijrah.

Saking gembiranya, Asy-Syafi'i pun pulang ke rumah ibunya tuk memberi kabar, tapi ia mengetuk pintu terlalu keras, hingga terdengar jawaban sang ibu;

"Siapa itu yang mengetuk pintu keras-keras?"

"Ibu, ini saya, Asy-Syafi'i", jawab sang imam.

"Silahkan engkau pergi lagi untuk belajar sopan santun, lalu baru kembali ke rumah", ibunda menegurnya dengan keras.

Imam Syafi'i langsung menyadari kesalahannya tersebut, dan meminta maaf kepada ibunya, hingga ibunya pun memaafkannya.

Kisah ini terus terkenang oleh Imam Syafi'i, dan ia sangat menyesali hal itu dan selalu menceritakannya di majelisnya.

Di antara pelajaran penting dari kisah ini adalah;

1. Kewajiban orang tua mendidik anak tetap ada walaupun sang anak telah dewasa.

2. Keutamaan sopan santun (adab) di atas ilmu-ilmu lainnya.

3. Setiap manusia, sehebat apapun, bisa berbuat salah.

4. Pentingnya mengakui kesalahan, menyesalinya, dan berazzam tidak mengulanginya.


===
Bogor,
Akhir Syawal 1444
Sumber bacaan: Biografi 10 Imam Besar, Syaikh Hasan Al-Jamal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...