Lelaki kekar itu terguncang jiwanya. Raganya yang kuat seakan tak mampu menopang beratnya hari itu. Seakan plot twist dari histori hidupnya yang powerfull dan penuh keberanian; setan pun disebut takut bertemu dengannya.
Di hari itu, orang yang paling dicintainya diberitakan meninggal dunia. Dia terguncang, tak percaya. Bahkan mengancam memenggal bagi siapa yang berani menyebarkan berita yang dianggapnya hoax itu.
Inilah cinta. Walau akhirnya hatinya kembali tenang, benar-benar tenang. Ketika sahabat terbaiknya, membacakan perkataan Allah yang mulia.
Inilah kisah Umar dan Abu Bakar, ketika orang tercinta mereka meninggalkan dunia.
Cinta, bisa membuat terguncang. Namun, cinta juga ternyata adalah cara tercepat mencapai surga tertinggi. Yang paling tinggi, tidak ada lagi di atasnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda; “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai” [HR. Bukhari].
Umar radhiallahu ‘anhu pernah ditegur Nabi ketika mengatakan bahwa ia mencintai Nabi lebih dari siapapun setelah dirinya sendiri. Setelah ditegur, ia pun segera mereset hatinya dan menyampaikan bahwa ia mencintai Nabi lebih dari siapapun. Inilah cara Umar mencapai surga tertinggi. Cinta nomor satunya untuk manusia yang paling tinggi surganya .
Pertanyaannya, jika Umar pernah terguncang jiwanya karena ditinggal Nabi, apakah kita pernah merasakan yang sama?
Jika kita pernah meneteskan air mata untuk keluarga tercinta yang meninggal dunia, pernahkah kita meneteskan air mata karena tak bisa berjumpa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam?
Jika kita pernah posting status kangen mengenang keluarga yang telah tiada, apakah kita termasuk yang memasang status kangen kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?
Jika hati kita bisa dibuat merasa seperti itu, niscaya surga tertinggi menanti. Tidak ada lagi surga di atasnya. Kita akan berdiri di sebelah Nabi, Abu Bakar, dan Umar... Apalagi kalau kita bisa mengajak orang tua kita, pasangan kita, anak-anak kita berdiri bersama.. Yaa Rabb.
Bisakah kita mempunyai cinta, rindu, dan kangen yang sedemikian rupa khusus untuk Sang Nabi?
Allahumma shalli wa sallim 'ala nabiyyinaa Muhammad
Komentar
Posting Komentar