Langsung ke konten utama

Kebutuhan Manusia Akan Rasul

Manusia, telah diciptakan Allah dengan fitrah.

“..[tetaplah atas] fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.” (ar-Ruum: 30)

Maksud fitrah di sini adalah karakter dasar manusia yang asli yang ditetapkan Allah sejak awal penciptaannya.

Fitrah yang ada pada manusia dapat menilai baik buruk tingkah laku masyarakat ataupun dirinya.  Ini disebabkan karena fitrah dimiliki oleh manusia semenjak ia lahir. Kecenderungan yang baik senantiasa membawa manusia ke arah Islam seperti pengakuannya kepada Allah sebagai pencipta (Rabb). 

Perubahan fungsi dan peranan fitrah ini terjadi karena pengaruh persekitaran termasuk pengaruh orang tua ataupun lingkungan sosial.  

“Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dengan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau majusi.” (HR Muslim)

Secara fitrah, manusia setidaknya memiliki tiga sifat dasar;

1. Menyadari keberadaan Rabb.

Hal ini telah dijelaskan adalam Al Quran;

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan) " (al-A’raaf: 172)

Fitrah ini pulalah yang telah membuat orang-orang kafir Quraisy mengakui keberadaan Allah, tapi kesombongan membuat mereka enggan menyembahNya.

84.               Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"
85.               Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"

86.               Katakanlah: "Siapakah yang mempunyai langit yang tujuh dan 'Arsy yang besar?"

87.               Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"

88.               Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?"

89.               Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?"

90.               Sebenarnya kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
(al Mu'minun)


2. Beribadah kepada Sang Pencipta

Karena secara fitrah manusia mengakui keberadaan Pencipta, maka secara fitrah pula, sebenarnya, manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah Penciptanya. Sebagai wujud syukur atas nikmat kehidupan, rizki, penjagaan, dsb.

"Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa"
(al Baqarah: 21)

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?"
(ar Rahman)

3. Mengharapkan Keteraturan Hidup

Fitrah manusia jugalah, yang telah menjadikan manusia mengharapkan kehidupan yang teratur, membenci kesemwarutan. Jiwanya tenang dalam aturan, dan gusar dalam kekacauan.

Karena itu, mereka yang hidupnya mengikuti hawa nafsu, awalnya mungkin merasa bahagia, tapi itu hanyalah kebahagiaan semu, karena, sebenarnya, mereka jatuh dalam ketidakteraturan yang mengeceawakan.

Lihatlah tingginya perceraian orang-orang yang mengikuti nafsunya dalam pernikahan, memilih sekedar cantik dan kaya tanpa ikut aturan agama.

Lihatlah banyaknya bunuh diri orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya mengejar dunia, sedikit goncangan dan mereka pun lelah, dan mencari jalan pintas.

Itulah kesesatan, yang berlawanan dengan fitrah.

"... Ketahuilah bahwa Sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. "
 (al Qashash: 50)


Fitrah suci yang telah disebutkan di atas, apabila terawat dengan baik dan mendapatkan bimbingan yang benar maka akan melahirkan kebaikan bagi diri manusia dan alam semesta.

Namun, iblis telah bersumpah untuk menyesatkan manusia dari fitrah mereka. Maka di antara manusia ada yang berbuat kemusyrikan , menghalalkan hal-hal yang Allah haramkan, dan mengharamkan hal-hal yang Allah halalkan.

Untuk merawat fitrah, melawan nafsu, dan memerangi setan itu manusia membutuhkan petunjuk dan bimbingan Allah. Akan tetapi Allah Yang Maha Ghaib tidak dapat ditemuinya secara langsung bahkan manusia sendiri tak kuasa untuk berhadapan langsung dengan-Nya.

Karena itulah Allah mengutus manusia pilihan untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada umat manusia.

Inilah kebutuhan kita, sebagai manusia, kepada Rasul.

Dengan keberadaan Rasul, kita akan;

1. Mengenal Sang Pencipta

Sebagaimana Muhammad saw telah mengajarkan para sahabatnya dengan al Quran;


"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik."
(Luqman: 10)

2. Mendapatkan Panduan Kehidupan

Sebagaimana kita lihat, kejayaan umat manusia yang paling sempurna adalah umat yang mengikuti teladan al Mustofa saw.

"Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik"
(al Ahzab: 21)


Mari membuat permisalan sejenak;

Kita mendapat hadiah sebuah komputer teknologi terbaru. Itulah komputer pertama kita. Bahkan tidak pernah kita mendengar dan melihat komputer sebelumnya.

Tak lama, datanglah teknisi resmi perusahaan komputer, sambil membawa buku panduan resmi perusahaan, kemudian menjelaskan segala sesuatunya tentang komputer tersebut.

Dalam kondisi seperti itu, tentu kita, tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti penjelasan sang teknisi.

Sekarang, bandingkanlah dengan hidup kita sebagai manusia. Ini kehidupan pertama kita di dunia, Dan kita, tidak memiliki pengetahuan sama sekali. Bukankah kita butuh akan "utusan resmi" dari sang Pencipta?

Jika kehidupan kita, atau kehidupan umat ini terlihat berantakan sekarang, jangan salahkan orang lain. Salahkanlah diri sendiri yang iseng "ngoprek-ngoprek" kehidupan, ga nurut arahan "teknisi resmi".


Wallahul musta'an
Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...