Langsung ke konten utama

3 Bercanda yang Dilarang

1⃣ Bercanda Dusta

وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.”
(HR. Tirmidzi no. 3315, hasan)

Di antara contoh candaan seperti ini jaman sekarang misalnya candaan resep nasi biryani dalam teks bahasa India, padahal setelah digoogle translate isinya bukan resep nasi biryani.

Dan berbagai contoh candaan lain yang intinya kebohongan untuk sekedar mengundang tawa.

Mungkin dianggap hal kecil, padahal ancaman "celaka" diulang sampai 3x oleh Nabi shallallahu `alaihi wasallam.

2⃣ Bercanda Menakut-nakuti

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

“Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Ahmad 23064, shahih)

Di antara bentuknya di zaman sekarang adalah berbagai bentuk _prank_ yang menakut-nakuti orang lain demi mengundang tawa penonton.

Termasuk juga bercanda  pura-pura ingin mendorong teman yang sedang di pinggir tebing misalnya.

Termasuk juga bercanda menakut-nakuti anak seperti; "Nanti disunat lho". Bahkan ini lebih berbahaya, karena mengancam dengan sesuatu yang sebenarnya disyariatkan dalam Islam.

3⃣ Bercanda Mengambil Barang Orang

لاَ يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا وَلاَ جَادًّا

“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.” (HR. Abu Dawud no. 5003, shahih).

Contohnya seperti menyembunyikan tas atau sendal milik teman sendiri. Atau mengambilnya lalu saling lempar dengan teman lain, agar si pemilik harta mengejar barang miliknya yang dilempar ke sana sini.

Islam sangat memperhatikan hak harta manusia. Karena itu bercanda untuk memgambilnya pun tidak boleh.

Bonus:

Yang berikut ini tidak secara khusus terkait dengan bercanda, namun praktiknya zaman sekarang sering sebagai bagian dari humor.

Dari Abdullah bin ‘Amru radhiyallahu ‘anhuma dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya termasuk di antara dosa terbesar adalah seseorang melaknat kedua orang tuanya sendiri, ”

Beliau ditanya; “Bagaimana mungkin seseorang tega melaknat kedua orang tuanya?”

Beliau menjawab: “Seseorang mencela (melaknat) ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas mencela ayah dan ibu orang yang pertama.”
(HR. Bukhori no.5973)

Contoh praktiknya seperti perkataan; "Emang ibu lo ngidam apaan sih pas hamil, kok bisa begitu tampang lo?"

Lalu mereka pun saling berbalas membicarakan kedua orang tuanya dalam keburukan demi mengundang tawa orang lain.

Pelakunya termasuk pelaku dosa besar, karena melaknat orang tua sendiri. Sedangkan pendengar yang suka dan tertawa dengan candaan seperti ini berarti menyetujui dan menyukai dosa besar tersebut.

Bercanda, hukumnya mubah, bahkan bisa menjadi sunnah, sebagaimana Nabi shallallahu `alaihi wasallam juga bercanda. Namun, adab tetap perlu dijaga karena di situlah letak ketinggian peradaban manusia.

Semoga Allah memudahkan kita dan anak-anak kita beradab dalam bercanda.

Kota Pisang
23 Syawal 1440

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Wali Santri untuk Anak di Pondok

  (… sebutkan nama anak …)  اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ اَللَّهُمَّ فَقِّهُّ فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ اللَّهُمّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ، وَحَصِّنْ فَرْجَهُ اللَّهُمّ اجْعَلِ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبَهُ، وَنُوْرَ صَدْرَهُ، وَجَلاَءَ حُزْنَهُ، وَذَهَابَ هَمَّهُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لَهُ شَأْنَهُ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْهُ إِلَى نَفْسِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ Artinya: “Ya Allah rahmatilah (nama anak), Ya Allah pahamkanlah ia agama-Mu, dan ajarkanlah tafsir kepadanya (1), Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya (2), Ya Allah jadikanlah Al-Quran hiburan di hatinya, cahaya di dadanya, penghapus kesedihannya, dan penghilang kegelisahannya (3), Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon, perbaikilah segala urusan anakku, jangan serahkan kepada dirinya sendiri walau hanya sekejap mata (4). Ya Rabb, anugerahkanlah aku anak yang ...

PRINSIP TAISIR DALAM FIQIH MENURUT MANHAJ WASATH

Masjid Al Ghiffari IPB 8 Oktober 2017 Kajian rutin Ahad kedua Dr. Taufiq Hulaimi, Lc, MA Link rekaman video di youtube: #1: https://youtu.be/RAu9KP5ihq4 #2: https://youtu.be/ugKbRapphBI #3: https://youtu.be/bfbqMWPrKfM Prinsip pertama dalam manhaj al wasathiyah adalah at taysir. At taysir: *Fiqih dibuat mudah selama masih ada dalil yang mendukungnya.* Kebalikannya: At tasyaddud: Fiqih dibuat keras dan berat. AL WASATHIYAH Al Azhar Mesir mensosialisasikan prinsip al wasathiyah. *Al wasathiyah artinya di tengah.* Sesuatu yang terbaik. Wasathiyah kurang tepat jika diterjemahkan dengan kata 'moderat' tetapi lebih tepat diterjemahkan sebagai 'yang terbaik.' Manusia ada kecenderungan untuk menjadi terlalu keras atau terlalu cair. Islam tidak keduanya, tetapi di tengah. Dan biasanya *yang terbaik adalah yang di tengah.* Terlalu keras, segalanya tidak boleh, ekstrim kanan. Terlalu cair, segalanya boleh, ekstrim kiri. وَكَذَٰ...

Mahabbatullah II: Pupuk Cinta dan Tanda-Tanda Cinta

Melanjutkan pembahasan sebelumnya tentang sebab-sebab Mahabbatullah, kali ini kita akan membahas tentang amalan yang dapat memupuk Mahabbatullah dan tanda-tanda Mahabbatullah dalam diri kita. Di antara amalan pemupuk cinta adalah; 1. Membaca dan merenungi surat-surat cinta-Nya Allah azza wajalla, telah mengirimkan surat-suratNya kepada kita melalui perantaraan utusanNya al Mustofa. Maka jalan pertama untuk mencintai-Nya adalah dengan membaca surat-surat itu. الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (al Baqarah 121) Dan tidak hanya membaca, tapi juga memperhatikan ayat-ayatnya dan mengkajinya. كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا...