Sejak 1400an tahun yang lalu Allah azza wajalla telah menceritakan tentang datangnya zaman ketika kaum muslimin menjauh dari Al-Quran.
Menjauh artinya tidak membacanya, mempelajarinya, apalagi mengamalkannya.
Allah azza wa jalla berfirman:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini sesuatu yang dijauhi.”
(QS. Al-Furqan: 30)
Di antara akibat dari menjauh dari Al-Quran adalah; kehidupan yang sempit.
Hal ini Allah azza wajalla tegaskan dalam firman-Nya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, ...
(QS. Tha-Ha: 124)
Maksud dari "berpaling dari peringatan-Ku" adalah berpaling dari Al Qur'an.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan:
Yaitu menyelisihi perintah-Ku dan menyelisihi apa-apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (Al-Quran), berpaling darinya dan melupakannya dan menjadikan selainnya sebagai petunjuk.
(Tafsir Al-Quran Al-'Azhim, 5/283)
Adapun tentang "penghidupan yang sempit", Al-Imam menjelaskan;
Yaitu sempit di dunia, tidak tenang, dan tidak lapang dadanya, tapi hatinya sempit karena kesesatannya. Walau zahirnya menampakkan nikmat hidup, memakai pakaian apa saja yg dia suka, memakan apa yang dia mau, dia tinggal di mana pun dia suka, tapi hatinya belum bersih kepada keyakinan dan petunjuk, hatinya gelisah dan dipenuhi keraguan, terus menerus dikuasai kebimbangan. Itulah kehidupan dunia yang sempit. (Ibid)
Sementara itu, Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata: Rasulullah ﷺ bersabda tentang makna "kehidupan yang sempit", maksudnya adalah "azab kubur" (Imam Ibnu Katsir, Ibid, 5/284).
Semoga, Allah melembutkan hati kita untuk mendekat kepada Al-Quran,
dan menjauhkan kita dari kesempitan hidup di dunia,
dan lebih penting lagi, menjauhkan kita dari kesempitan di alam kubur.
Wallahul musta`an
Kota Hujan,
19 Syawal 1440
Komentar
Posting Komentar