📍 *Kutipan Memo Parenting*
👤 _KH Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc., Al-Hafizh_
*PENTINGNYA ORANG TUA MEMANTASKAN DIRI DI HADAPAN ALLAH SWT*
*_Keistiqomahan Orangtua dalam Nilai-Nilai Islam_*
Kemudian yang kedua, bahwa betapa peluang anak-anak
kita jauh lebih besar ketika kita terus Istiqomah di jalan nilai-nilai Islam. Keistiqomahan kita itu sesungguhnya sudah menjadi modal tersendiri.
Ketika anak itu bertahun-tahun melihat ayahnya, melihat ibunya, dalam kesolehannya, dalam ibadah-ibadahnya dan lain sebagainya. Itu sendiri sesungguhnya, selain secara zhohir itu masuk akal jika sudah menjadi tarbiyah bagi anak-anak itu sendiri.
Juga secara keimanan, bagi Allah SWT menjadi satu alasan tersendiri untuk mempersiapkan anak ini bisa tumbuh dalam lingkungan, tumbuh dalam sebuah tarbiyah islamiyah, tarbiyah da'awiyah.
Artinya seperti yang dikatakan oleh Allah SWT, difirmankan di surah An Nisa, _walyuhsalladzina lau tarakum min khalfihim zurriyatan dhi'afa fan khofu 'alaihim._ Ketika kamu merasakan sebuah masa depan yang suram, gimana anak ini. Takutlah kepada Allah.
Bangun keimanan yang lebihbaik, bangun ketakwaan yang lebih baik. wal yaqulu qoulan sadida. Istilahnya ada jaminan dari Allah, atau kalau istilah ayatnya _yatawalla sholihin. Inna waliyiyallahulladzinazalal kitaba wa huwa yatawalla sholihin._
Ketika orang tua itu memiliki keterbatasan untuk mendidik anak-anaknya, karena tugas-tugas dakwah yang luar biasa, walaupun dia sudah melakukan upaya-upaya. Namun tidak seimbang dengan yang diharapkan, maka sesungguhnya berlaku yatawalla sholihin.
Berlaku, Allah SWT lah yang akan meng-handle keterbatasan pada dia di masa anak-anak. Sebagian dari riwayat mengatakan sekitar enam tahun, wallahu a'lam, yang jelas masih disebut ghulam. Qolu ya busyro hadza ghulam
Sejak masih masa anak-anak (Nabi Yusuf as.) sudah terpisah dari orang tua yang sangat mencintainya, yaitu Nabiullah Ya'qub AS. Setelah itu terputus, tidak ada hubungan apapun.
Siapa yang bisa mengantarkan, kecerdasannya terlihat, ilmunya, menjadi nabi, menjadi menteri keuangan, menjadi raja, menjadi orang kaya, menjadi ulama dan lain sebagainya. Semua sebutan ada, yang kemudian Allah kemudian merangkumnya lima kali dengan sebutan, inna narooka minal muhsinin, kamu adalah orang yang penuh dengan kebaikan.
Kapan Nabi Yaqub bisa mendidiknya bisa seperti itu. Tentu ini tidak lepas dari kesabarannya menghadapi perpisahan, kalau mau disebut musibah yang luar biasa, yang digambarkan oleh Al-Quran. Bagaimana Nabi Yaqub harus sabar. Bahasa ustadz Tate, harapan itu masih ada. Wa laa taiasu min roihillah. Inna yaiasu min roihillahi illal qoumul kafirun. Hanya orang kafir yang sudah merasa nggak ada harapan hidup, pasti jelek.
Itulah gambaran dampak ketika fikroh, kesalihan, dan upaya-upaya itu dibangun baik langsung maupun tidak langsung, di situ Allah SWT akan terlibat.
...
...
Komentar
Posting Komentar