اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا، وَعَنْ يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ يَسَارِي نُورًا، وَفَوْقِي نُورًا، وَتَحْتِي نُورًا، وَأَمَامِي نُورًا، وَخَلْفِي نُورًا، وَاجْعَلْ لِي نُورًا.
“Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di penglihatanku, cahaya di pendengaranku, cahaya dari sebelah kananku, cahaya dari sebelah kiriku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya dari depanku, cahaya dari belakangku. Dan berilah aku cahaya.”
(HR. Bukhari no. 5957)
Ini adalah doa yang diucapkan Nabi shallallahu 'alaihi wasaam saat berangkat ke masjid.
Apa hubungannya dengan berangkat kerja?
Kalau kita niatkan jalan menuju tempat kerja adalah jalan tuk sholat zuhur di masjid kantor, atau di masjid pabrik, atau di masjid pasar, maka seluruh pekerjaan akan menjadi ibadah, seolah menunggu waktu sholat.
Kerja itu sejatinya adalah ibadah, rezekinya akan penuh berkah, asal tidak lupa Allah.
Sholat 5 waktu, tepat waktu, apalagi berjamaah di masjid, adalah tanda tidak lupa kepada Yang Maha Mengatur Rezeki.
Sebaliknya, kerja yang membuat lalai dari sholat, perlu diwaspadai. Itu sama saja mencuri, dari Yang Maha Memberi Rezeki.
RezekiNya mau, tapi patuh aturanNya tidak mau. Mengambil rezeki diam-diam tanpa patuh aturan. Dikiranya Allah tidak tahu kelakuannya.
Semoga Allah menolong kita.
===
Bogor,
22 Dzulhijjah 1444
Komentar
Posting Komentar