Langsung ke konten utama

Pembatal-Pembatal Pahala


Rajin sholat, bolak-balik umroh, banyak ngaji, tapi kecewa di akhirat? Mungkin saja.

Berikut beberapa pembatal pahala yang perlu kita waspadai

1. Zhalim terhadap hak orang lain

Dalam hadits tentang orang yang bangkrut di akhirat dijelaskan bahwa ada orang yang datang membawa pahala yang banyak dari sholat, puasa, sedekah dll. Tapi akhirnya pahalanya harus dibagi-bagi ke orang yang pernah dizhaliminya, direbut haknya, dilukai, dll.

Ketika pahalanya sudah habis, sedangkan korban kezhalimannya masih banyak, maka dosa orang yang dizhalimi itu ditimpakan kepada si zhalim. (HR. Muslim: 2581).

Amalnya banyak, tapi bangkrut karena kezhalimannya.

2. Ghibah

Termasuk salah satu kezhaliman yang besar, tapi banyak yang meremehkan.

Ghibah dapat mentransfer pahala dari yang mengghibah kepada yang dighibah.

Sampai-sampai Ibnul Mubarak berkata;

“Seandainya (boleh) aku mengghibahi seseorang, niscaya aku akan mengghibahi kedua orang tuaku, karena keduanya yang paling berhak mendapatkan (pahala) kebaikanku”
(Syarah Shahih Bukhari 9/245).

Ghibah hanya diperbolehkan dalam beberapa kondisi; penyelesaian masalah peradilan, atau untuk kewaspadaan atas keburukan seseorang yang berbahaya.

3. Hasad

"Jauhilah oleh kalian hasad, karena ia akan memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” 
(HR. Abu Daud: 4903)

Hasad adalah rasa tidak senang ketika orang lain mendapatkan kenikmatan. 

4. Durhaka pada orang tua

"Ada tiga golongan manusia yang Allâh tidak akan menerima amalan wajib mereka, maupun amalan sunnah mereka pada hari Kiamat kelak; seorang yang durhaka kepada orang tuanya, seorang yang menyebut-nyebut sedekah pemberiannya, dan seorang yang mendustakan takdir"
(Shahih Al-Jamius Shaghir: 3065)

5. Tidak ikhlas

Inilah pembatal paling utama.

Dalam hadits yang panjang, disebutkan bahwa 3 orang pertama yang diadili di akhirat kelak adalah; seorang mujahid, seorang ulama, dan seorang dermawan.

Semuanya masuk neraka, karena amalnya tidak ikhlas. (HR. Muslim no. 1905).

Pembatal utama ini, termasuk yang paling besar godaannya. Terlebih di zaman ketika semua orang berlomba posting di media.

Semoga Allah melembutkan hati kita tuk banyak beramal, dan menjaganya dari pembatal-pembatal pahala.


===
Bogor,
H-194 Ramadhan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...