Langsung ke konten utama

Jangan-Jangan, Ramadhan Sebenarnya Sudah Datang

Teringat kisah Muwaffaq, tukang sepatu di zaman Ibnul Mubarak, yang berhaji sebelum musim haji. Yang mabrur hajinya, ketika ratusan ribu lainnya tertolak hajinya.

Hal itu didapatkannya karena ia menyedekahkan seluruh tabungan hajinya, untuk tetangganya yang telah kelaparan beberapa hari.

Nampaklah betapa syariat ini menganggap penting menyelamatkan nyawa.

Mari kita lihat situasi kita saat ini.

Para pekerja harian dan pedagang yang turun pendapatannya dan kesulitan makan. Para tenaga medis  yang kekurangan APD tapi tetap berjuang. Bahkan para guru ngaji yang juga terdampak besar secara ekonomi.

Kehidupan benar-benar sedang dipertaruhkan oleh banyak orang. Bahkan angka kematian naik begitu pesat di ibukota.

Tidakkah kita ingat bagaimana seorang ahli maksiat diampuni dan masuk surga karena membasahi lambung seekor anjing dengan beberapa teguk air? (HR. Bukhari no. 2363)

Janganlah kita lupa, kisah seseorang yang masuk neraka karena membiarkan seekor kucing mati kelaparan. (HR. Bukhari no.3482)

Jika terhadap nyawa hewan saja begitu berat perhitungannya di akhirat, maka bagaimana dengan nyawa manusia?

Jika kita sepakat bahwa Ramadhan adalah tentang ampunan, surga, dan neraka, maka "Ramadhan" kita mungkin sudah datang.

Bahkan mungkin "Dzulhijjah" kita sudah datang. "Musim haji" dan "musim qurban", mungkin sudah di tengah-tengah kita.

Mungkin, ini saatnya kita salurkan tabungan-tabungan sedekah Ramadhan kita. Saatnya, kita keluarkan tabungan qurban, umrah, dan haji kita.

Di masa isolasi mandiri, jangan sampai kita sibuk dengan menyelamatkan diri sendiri. Sibuk ibadah di rumah sendiri, sementara nyawa terus berguguran di luar sana.

Saatnya, kita maksimalkan sumber daya kita, tuk menyelamatkan nyawa. Karena inilah salah satu maksud terbesar syariat ini diturunkan oleh Sang Pencipta.

... وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا ۚ

"..Dan barangsiapa menjaga kehidupan satu orang, maka seakan-akan dia menjaga kehidupan semua manusia..."
(QS. Al-Maidah:32)

Semoga Allah menolong kita karena kita suka menolong sesama.

#selamatkannyawa
#donasimakan
#donasigurungaji
#donasiAPD
#donasipikiran
#donasitenaga

===
Bogor,
Menanti Ramadhan 1441H
Syaikhul Muqorrobin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...