Langsung ke konten utama

Lock Down Menyambut Ramadhan

Puasa memiliki kelebihan yang tiada ditemukan pada ibadah yang lain, yaitu pengaitannya kepada Allah SWT, yang telah berfirman dalam hadits qudsi;

« كل عمل ابن آدم له إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به »

"Semua amalan Bani Adam itu untuknya, kecuali puasa. Puasa itu untukku, dan Aku yang akan (langsung) membalasnya"
(HR. Bukhari dan Muslim)

Pengaitan ini sudah cukup sebagai bukti tentang kemuliaan puasa, sebagaimana kemuliaan Ka'bah yang dikaitkan kepada-Nya.

"...Dan sucikanlah Rumah-ku.."
(QS. Al-Hajj: 26).

Kemuliaan luar biasa ini, akan diamalkan sebulan penuh di Bulan Ramadhan.

Menariknya, amalan puasa bukanlah amalan yang terhambat karena lock down.

Bukan seperti sholat berjamaah di masjid. Atau sholat tarawih, atau itikaf. Bahkan sedekah harian ke dalam keropak pun bisa jadi aga terhambat karena lock down.

Tapi puasa tidak. Puasa adalah amalan batin. Amalan yang dilakukan sendiri. Hanya diketahui dirinya dan Allah saja. Tidak termasuk amalan terdampak lock down.

Lebih jauh lagi, jika kita lihat, di antara hikmah puasa adalah membangun empati terhadap orang-orang yang kesulitan makan, para fakir miskin.

Maka di saat lockdown inilah rasa empati itu harus tumbuh lebih besar.

Bahkan ada amalan khusus Ramadhan terkait hal ini; FIDYAH. Memberi makan fakir miskin.

Walaupun aslinya fidyah dipraktikkan orang yang tidak bisa berpuasa karena uzur, namun di kondisi saat ini, hendaknya setiap kita, berusaha semampunya, mengamalkan "fidyah-fidyah", tuk disebar ke setiap manusia. Muslim dan non muslim.

Bukankah seorang ahli maksiat dalam hadits shahih mendapat ganjaran surga karena memberi minum anjing?

Maka tentu memberi makan manusia lebih besar lagi ganjarannya.

Apalagi ada hadits shahih pula yang menyebutkan seseorang masuk neraka, karena membiarkan seekor kucing mati kelaparan.

Maka, mari bangun empati besar kita di masa lock down ini. Gerakkan komunitas yang ada; RT, Masjid, dll tuk saling membantu.

Jangan sampai sibuk ibadah sendiri di rumah, tapi orang-orang susah dan meregang nyawa di luar sana.

Mari sambut Ramadhan, dengan semangat amal menyelamatkan nyawa. Karena itulah salah satu tujuan terbesar syariat ini diturunkan Sang Pencipta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek...

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak...

Ulama Ahlus Sunnah Pendukung Maulid

Berikut ini beberapa pendapat imam ahlus sunnah yang pro terhadap peringatan Maulid Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Tidak dicantumkannya pendapat ulama yang kontra, karena biasanya pendapat tersebut sudah lebih banyak disebar. 1. Imam As-Suyuthi Pertanyaan: “Segala puji bagi Allah dan salam sejahtera untuk hamba pilihanNya, wa ba’d: telah datang pertanyaan tentang perbuatan maulid nabi pada bulan Rabi’ul Awwal, apa hukumnya menurut pandangan syariat? apakah itu terpuji atau tercela? apakah mendapatkan pahala atau tidak, bagi si pelakunya?”  Jawaban: Bagi saya, dasar dari maulid nabi adalah berkumpulnya manusia, membaca yang mudah dari Al Quran, dan membaca kisah-kisah yang warid  tentang konsepsi riwayat kehidupan  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan membaca apa-apa yang terjadi pada hari kelahirannya berupa tanda-tanda kemuliaannya, dan menyediakan makanan buat mereka, lalu selesai tanpa ada tambahan lain, maka itu adalah bid’ah hasanah, dan diberikan ...