Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Suci Sebagian dari Iman

عَنْ أَبِيْ مَالِكْ الْحَارِثِي ابْنِ عَاصِمْ اْلأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الطُّهُوْرُ شَطْرُ اْلإِيْمَانِ، وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ الْمِيْزَانِ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ تَمْلأُ – أَوْ تَمْلآنِ – مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ نُوْرٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ . كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَباَئِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوْبِقُهَا         [رواه مسلم] Terjemah hadits: Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ari radhiyallaahu ‘anhu, Dia berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,  “Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan ‘Alhamdulillah’ akan memenuhi timbangan, ‘subhanalloh walhamdulillah’ akan memenuhi ruangan langit dan bumi, sholat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan bukti (pembela), kesabaran itu merupakan sinar, dan Al Quran itu merupakan hujjah yang akan membela atau menuntutmu. Setiap jiwa m

Seri Kehidupan Muslim di Jepang: Mempertahankan Keislaman

Istiqomah untuk Da’wah Menunjukkan identitas sebagai Muslim bukan hal yang mudah. Tetapi, sekali menunjukkan keteguhan hati dengan cara yang baik, orang Jepang akan menghormatinya. Dan sekali meremehkan masalah keyakinan, sulit membangunnya kembali. Dilemma yang sering dihadapi para mahasiswa baru di Jepang adalah bagaimana cara menghindari tawaran bir dalam pesta perkenalan dengan profesornya. Banyak orang yang menolaknya dengan baik sambil menjelaskan bahwa dirinya Muslim yang dilarang minum minuman keras. Biasanya orang Jepang segera menghargainya dan segera memesankan juice. Saat pertama bertemu itulah menunjukkan kebaikan yang luar biasa. Tetapi, banyak pula yang mengorbankan keyakinan hanya demi pergaulan, mereka merasa tabu menolak tradisi Jepang dan takut hubungan baik dengan profesornya akan rusak karena penolakannya. Menurut pengalaman teman-teman yang berani menjaga keyakinannya, faktor utama untuk menjaga pergaulan yang baik dengan profesornya adalah kesungguhan beker

Bekal Merajut Cinta

Ibarat masakan, selalu manis menimbulkan kebosanan. Adanya asin, pedas, bahkan pahit justru memberikan nuansa kenikmatan. Demikian pula dengan hubungan antar manusia. Jika takut bermasalah, tak perlulah merajut cinta. Jika khawatir ada friksi, berhentilah menjadi kawan. Jika tak suka pada kekurangan manusia, carilah sahabat selain manusia, yang tak hidup, mungkin. Karena hidup menuntut dinamika. Berpindahnya rasa dari manis, kepada asin, kepada pedas, bahkan kepada pahit, justru menjadikannya nikmat. Dinamika ini adalah niscaya. Jika jiwa merasa bermasalah dengan dinamika, maka masalahnya ada di dalam jiwa, bukan pada dinamika. Bayangkan, jerapah dan banteng berlarian di sabana, gajah yang sedang bermandikan air kubangan, juga rusa-rusa yang sedang beradu tanduk. Tampak menyenangkan penuh daya tarik. Coba pindahkan adegan tersebut ke halaman rumah kita. Jangankan jerapah dan banteng, apalagi gajah dan rusa-rusa, seekor tikus pun cukup membuat kehebohan. Di manakah letak per

Pengantar Kedokteran ala Nabi (ath-Thibbun Nabawy)

Sebagai pengantar memahami kedokteran ala Nabi, ada baiknya kita perhatikan prinsip dasar berikut: 1. Kedokteran ala Nabi bukanlah perkara yang sempit dan terbatas pada contoh praktis tertentu, tapi juga mencakup kaidah-kaidah yang menjadi dasar untuk pengembangan medis secara lebih luas. Dalil utama dari prinsip ini adalah apa yang sering disebutkan Nabi saw dalam beberapa hadits beliau; "Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali Allah menurunkan obatnya" (Hr. al Bukhari). Maksud "obatnya" di sini tidaklah terbatas apa yang pernah Nabi saw praktikkan, namun lebih luas dari itu. Jika kita hanya berpegang pada praktik medis Nabi saw, maka rujukan dalam kedokteran Nabi akan menjadi sangat terbatas, padahal kedokteran itu mencakup hal yang sangat luas. Tidaklah mungkin semuanya dirangkum dalam praktik keseharian Nabi saw. Hal ini serupa dengan bahasan fiqih. Tidak bisa disangkal bahwa banyak perkara-perkara yang belum terjadi di zaman Nabi saw sehingga ti