Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Madu Sebagai Nafkah dan Mata Uang?

Ternyata, saat lebah madu mulai diternakkan di Mesir sekitar 4400 tahun yang lalu, madu memiliki posisi penting; 1. Dijadikan alat tukar (mata uang) 2. Disebutkan dalam sumpah (akad nikah?) seorang suami sebagai nafkah yang akan diberikan kepada istrinya. Kalau sekarang, jangan coba-coba pakai kata madu-maduan dalam akad nikah. Berpotensi masalah besar. Referensi bacaan: https://www.treehugger.com/remarkable-history-and-healing-power-honey-4856121

Kritik Ulama Salaf di Tempat Publik terhadap Penguasa Zhalim

💎Sa’id bin Jubeir Radhiallahu ‘Anhu terhadap Al Hajjaj bin Yusuf Ats Tsaqafi Tentang kecaman keras Said bin Jubeir Radhiallahu ‘Anhu terhadap gubernur zalim di Madinah, sangat terkenal.  Beliau berkata tentang Hajjaj bin Yusuf dan pasukannya, sebagai berikut:  عن أبي اليقظان قال: كان سعيد بن جبير يقول يوم دير الجماجم وهم يقاتلون: قاتلوهم على جورهم في الحكم وخروجهم من الدين وتجبرهم على عباد الله وإماتتهم الصلاة واستذلالهم المسلمين. فلما انهزم أهل دير الجماجم لحق سعيد بن جبير بمكة فأخذه خالد بن عبد الله فحمله إلى الحجاج مع إسماعيل بن أوسط البجلي             “Dari Abu Al Yaqzhan, dia berkata: Said bin Jubeir pernah berkata ketika hari Dir Al Jamajim, saat itu dia sedang berperang (melawan pasukan Hajjaj):  “Perangilah mereka karena kezaliman mereka dalam menjalankan pemerintahan, keluarnya mereka dari agama, kesombongan mereka terhadap hamba-hamba Allah, mereka mematikan shalat dan merendahkan kaum muslimin.”  Ketika penduduk Dir Al Jamajim kalah, Said bin Jubeir melarikan diri ke Mekkah

100% Closing Jualan Terjadi Karena...

https://youtu.be/kgVsjp3mAEA Video ini menyebutkan sebuah riset tentang apa yang melatar belakangi orang tuk deal membeli sesuatu. Ternyata; 83% itu karena TRUST 17% itu karena kebutuhan Trust ini bisa karena produknya, penjualnya, merknya, dll. Intinya percaya. Dan ini pengaruhnya jauh lebih besar daripada kebutuhan. Membangun trust bisa dengan edukasi pasar secara perlahan, atau memang penjualnya punya keseharian yang amanah, atau produknya diiklanin oleh orang yang dipercaya pasar. Yang ketiga ini terkait dengan [TIPS BISNIS 1], yaitu biarkan orang lain mengiklankan produk kita. Iklan pihak ketiga, atau testimoni, lebih dipercaya pasar, daripada iklan sendiri. Lagi2, yuk iklanin produk sodara kita. Ohya, sebesar apapun rasa percaya yang ada, closing produk tetap ga akan 100% kalau produknya tidak dibutuhkan ya. Jadi tetap perlu selektif menyasar, kira2 siapa yang butuh produk kita. [TIPS BISNIS 2]

Biarkan Orang Lain Yang Iklanin Produk Kita

https://youtu.be/zy0VMkXyVQk Video ini merangkum 5 langkah penting dalam memperbanyak konsumen  ke toko kita. Salah satu poin yang menarik adalah tehnik "memberi tahu keberadaan toko". Menurut video ini, poin "memberi tahu" ini jauh lebih efektif ketika dilakukan oleh pihak ketiga. Bukan oleh toko langsung. Jadi, dibanding pemilik warung pisang goreng tanduk mengiklankan warungnya langsung, efeknya lebih besar ketika ada teman kita bilang; "ada warung pisang goreng tanduk baru lho, di XXX". Secara psikologis, konsumen lebih bereaksi ketika mendengar info pihak ketiga karena dianggap lebih objektif. Kuy saling testimoni jualan sodara kita. Semoga salesnya makin banyak. Aamiin. [TIPS BISNIS 1]

Sekolah di Masa Covid?

Sedikit sharing.... Anak-anak Jepang sudah mulai masuk sekolah (termasuk TK), sejak Juni dengan sistem shift (dibagi dua; pagi siang), lalu dilanjutkan dengan full sekolah seperti biasa. Alasan utamanya sepertinya lebih ke psikologis anak-anak (selain wabah yang dirasa mulai terkontrol).  Orang dewasanya sendiri, sebagian baru berhenti WFH mulai Oktober ini. Ini mungkin bisa terjadi di negara Jepang, karena masyarakatnya sudah terbiasa disiplin. Pakai masker, cuci tangan, etika batuk, sudah biasa dilakukan sejak sebelum Covid19. Tinggal ditambah beberapa protokol tuk semakin mengendalikan penyebaran. Di antara protokol tambahan itu adalah jaga jarak, dan tidak bicara saat makan.  Anak TK pun diajarkan protokol ini. Tentu saja ajaran ini tidak akan berefek kalau misalnya mereka melihat gurunya pas makan siang ngeriung dan ngobrol bareng misalnya. Dan juga jika orang tuanya masih suka ngobrol semeja sambil makan dengan orang banyak. Lalu, dengan protokol itu apakah angka positif anak-ana