Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Sajadah sebagai Sutrah

Pertanyaan: Assalaamu ‘Alaikum, apakah batas sajadah bisa dianggap sebagai sutrah? (Azhar) Jawaban: Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘ala Aalihi wa Ashhabihi wa man waalah, wa ba’d: Jumhur (mayoritas) ulama mengatakan meletakkan sutrah di hadapan orang yang shalat adalah sunah, tanpa menggunakan sutrah shalatnya tetap sah, tetapi dia telah meninggalkan sunah. Segolongan lain mengatakan wajib memakai sutrah. (Penjelasan lebih lengkap tentang hukum sutrah silakan di search di website ini) Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah berkata: …لكن ليست واجبة إنما هي سنة، فمن صلى بدون سترة صلاته لا حرج. “… Tetapi sutrah itu bukan kewajiban, itu hanyalah sunah, maka siapa saja yang shalat tanpa sutrah maka tidak apa-apa.” (Fatawa Nuur ‘Ala Ad Darb, 9/307) Dalam kesempatan lain, Beliau juga mengatakan: فالحاصل أن هذا الحديث الذي فيه الخط لا بأس به على الصحيح، وهو عند الحاجة وعند عدم تيسر الجد

Doa Waktu Dhuha

[dari ulama (bukan hadits)] اَللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاؤُكَ وَالبَهَاءَ بَهَاؤُكَ وَالجَمَالَ جَمَالُكَ وَالقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَائِكَ وَبَهَائِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِي مَا آتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ Allâhumma innad dhuhâ’a dhuhâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ‘ishmata ishmatuka. Allâhumma in kâna rizkî fis samâ’i, fa anzilhu. Wa in kâna fil ardhi, fa akhrijhu. Wa in kâna mu‘siron, fa yassirhu. Wa in kâna harâman, fa thahhirhu. Wa in kâna ba‘idan, fa qarribhu bi haqqi dhuhâ’ika, wa bahâ’ika, wa jamâlika, wa quwwatika, wa qudratika. Âtinî mâ âtaita ‘ibâdakas shâlihîn. Artinya, “Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milik-Mu. Yang a

Tips Membangunkan Anak Sholat Shubuh di Masjid

1. Ikhlaskan niat. Pastikan niat mensholihkan anak untuk menggapai ridho Allah semata. Jangan sampai ada perasaan ujub atas kesholihan anak. Karena ujub akan membinasakan amal sholih. "...Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima suatu amal melainkan yang ikhlas..." (HR. Ahmad, At Tirmizi, An Nasai). 2. Ajak bicara anak sebelum tidur tentang bangun shubuh besoknya. Ini sangat penting. Ibarat program-program pemerintah, perlu ada sosialisasi yang cukup sebelum pelaksanaan. Kesal dan marahnya anak ketika dibangunkan dari tidurnya yang nyaman, seringkali karena tidak ada komunikasi yang cukup sebelumnya. 3. Bangunlah minimal 30 menit sebelum waktu shubuh. Jadilah teladan, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. 4. Tahajud dan atau tilawah dengan suara dikeraskan sebelum membangunkan anak, sebagaimana perintah Nabi saw kepada Abu Bakr ra dan Umar bin Khattab ra. 5. Minta kepada Allah dengan doa dari Al Quran: رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي

Adab Bercanda

Islam adalah agama pertengahan (wasathan), yang mengatur segala permasalahan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Mulai dari masalah kenegaraan, sampai masalah ringan seperti bercanda. Islam mengajak duduk tenang belajar, juga aktif berolahraga. Mengajak khusyu ibadah juga giat berdagang. Juga, mengajak serius menjalani hidup tapi tidak lupa bersantai. Dalam Islam bersantai dan bercanda-tawa ini dibolehkan sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam juga melakukannya. Di antara contoh paling terkenal dalam hal ini adalah candaan Rasulullah saw terhadap seorang nenek tua, tentang surga. Diriwayatkan dari Al-Hasan Radhiyallahu ‘anhu (Ra), dia berkata, seorang nenek tua mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Saw). Nenek itu berkata, wahai Rasulullah! Berdoalah kepada Allah agar Dia memasukkanku ke dalam surga!’ Nabi menjawab: Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek tua. Nenek tua itu pun pergi sambil menangis. Nabi berkata: “Kabarkanlah kepadanya bahwa w

Anak dan Pekerjaan

Kalau pekerjaan membuat Anda tidak bisa mengurus anak, keluarlah dari pekerjaan Anda. Percuma mencari harta yang banyak tapi tidak bisa mengurus anak. Karena setelah mereka dewasa, harta Anda akan dihabiskan untuk meluruskan anak Anda. Berapa pun banyaknya harta, bisa habis nantinya karena terapi HIV, narkoba, LGBT, dll yang disebabkan kegagalan mengurus mereka di masa emasnya. === Petikan Hikmah, Parenting oleh Harry Santosa, Masjid Nurul Hidayah, Pondok Kelapa, 3 Februari 2018