Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Hak Libur Untuk Perut

🏕️ Sebaiknya memang mulut dan lidah tidak terlalu egois, karena kenikmatan beberapa menit versi mereka adalah kerja keras beberapa jam versi lambung dan usus halus. Dengan "meliburkan" perut, tubuh pun awet muda dan imunitas pun meningkat. Berikut ini adalah beberapa opsi libur untuk perut , mereferensi artikel yang telah direview secara medis di dofasting.com. Seluruh makna puasa di bawah merujuk pada puasa kalori, alias masih boleh asupan 0 kalori seperti air putih atau teh/kopi pahit tanpa ampas. 1. Puasa 12 Jam Ini jenis puasa intermiten untuk pemula. Jika makan terakhir jam 20.00, maka dilanjutkan puasa hingga jam 8.00. Biarkan lambung "pulang kerja" sebentar. 2. Puasa 16:8 Jika makan terakhir jam 20.00 maka dilanjutkan puasa hingga jam 12 siang besoknya. Jadi dalam 24 jam, hanya 8 jam yang dipakai buat makan. Anggap aja kayak pegawai pabrik yang sehari masuk cuma 8 jam. 3. Puasa 5:2 Dalam sepekan; 5 hari makan normal, sisa 2 hari dipakai puasa den

Tubuh Kita Bukan Romusha

🛠️ Romusha adalah istilah kerja paksa di zaman penjajahan Jepang. Nah, jangan-jangan bertahun-tahun kita hidup, tubuh kita, atau lebih tepatnya perut kita juga dijadikan romusha alias pekerja paksa. Sebagaimana pabrik pengolahan, perut juga perlu istirahat. Secara umum makanan diproses selama 6-8 jam di lambung hingga usus halus (belum usus besar ya).  Jadi kalau jarak dari makan ke makan (termasuk ngemil) kurang dari itu, sama saja memaksa perut terus bekerja, dipaksa. Kita aja kalau kerja perlu istirahat. Libur Sabtu Ahad sudah jadi kewajiban. Bisa istirahat siang dan pulang jam 4 sore sudah jadi kebahagiaan. Kalo gitu, kenapa kita masih tega memperkerjakan lambung secara paksa?  Yuk kasih lambung "hari libur" atau sesekali "pulang cepat", biar juga bahagia dan sehat selalu. “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk yaitu perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya se

Semangat Menafkahi Keluarga

⛅ Selain mencari nafkah, ibadah utama seorang kepala keluarga adalah menjaga keluarganya dari api neraka. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ  "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." (QS. At-Tahrim: 6) Para ayah tidak boleh terlena dengan pekerjaannya lalu melupakan sholat anak dan istrinya, melupakan aurat anak dan istrinya, melupakan pemahaman islam anak dan istrinya. Keluarga yang terjaga dari pelanggaran syariat akan memudahkan jalan rezeki sang ayah yang halal dan berkah... Sebaliknya, rezeki yang halal dan berkah akan memudahkan keluarga untuk semakin dekat kepada Allah. Semoga Allah mudahkan para ayah dalam menjemput rezeki di dunia dan menjaga diri dan keluarganya dari kerugian di akhirat.

Ziarah Masyaikh

Pandangan Syaikh Ramadhan Al-Buthi Tentang Sukses . Suatu ketika Syeikhna Al Buty Allahu yarham, menjenguk salah satu sahabatnya yang baru saja dioperasi, sahabatnya itu berkata, “Saya sangat menyayangkan waktu Anda yang sangat berharga harus terbuang untuk membesuk saya, karena waktu Anda adalah milik umat”.  Dengan senyum Syeikhna Al Buty menjawab, “Ada dua jenis amalan dalam hidup kita, amalan lahir dan amalan batin, keduanya saling membutuhan, tak terpisahkan. Semua pengajian, perkuliahan, seminar yang saya berikan, serta semua buku yang saya karang, itu adalah amalan lahir... . Sedangkan (amalan seperti) menziarahi orang sakit adalah amalan batin, amalan batin inilah rahasia suksesnya amalan lahir, dan amalan batinlah yang membuat amalan lahir menjadi berkah dan bermanfaat. Terkadang, saat saya tenggelam dalam lautan buku dan tulisan, saya merasa ada sesuatu yang kurang, sepertinya saya harus melakukan amalan batin, akhirnya saya meletakkan buku, pena dan kertas, kemudian saya per