Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Sunnah itu Menyatukan

Kisah nyata di sebuah Masjid di sebuah kota di Indonesia. Dalam sebuah rapat DKM diputuskan bahwa Masjid berencana mendatangkan pengajar tahsin dari luar untuk memenuhi kebutuhan jamaah. Salah seorang pengurus pun mengusulkan seorang syaikh, pemilik beberapa sanad qiroah dan sanad ilmu tajwid yang telah banyak mengajar di berbagai tempat. Tak perlu waktu lama, usulan itu segera ditolak oleh DKM. Sebabnya? Seorang anggota DKM menemukan _sebuah_ foto syaikh tersebut di internet dengan pakaian isbal. Hanya karena satu masalah yang masih diperselisihkan ulama antara makruh dan haram, dan hanya karena sebuah foto yang tidak dikonfirmasi ke pemilik foto, serta merta sanad qiroah dan ilmu tajwid yang dimiliki sang syaikh menjadi tidak berarti. Serta merta sang syaikh dianggap bukan ahlus sunnah, bukan bermanhaj salaf, terlarang mengajar umat. Begitu kecilnya nilai kemuliaan ilmu Al Quran di mata mereka, sehingga masalah cabang fikih bisa menghapus kemuliaan ilmu firman Allah tersebut

Nasihat Sakaratul Maut

*Nasihat Sakaratul Maut* اِنّا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَجِعُوْنَ Telah berpulang ke rahmatillah seorang Kyai dari sebuah pesantren di Jawa Barat, semalam pkl 23.50 (Senin 22 Jumadil Ula 1440) Namanya tidak saya sebutkan karena bukan berita duka yang ingin disebarkan di sini, melainkan kutipan nasihat terakhirnya menjelang sakaratul maut, yang diceritakan langsung dari orang yang hadir. "...sambil nahan sakit luar biasa,  dipanggil semua anaknya. Meminta doa supaya kuat nahan sakit. Apa yang disampaikan ke anaknya? `Mungkin Abi sudah dekat, jaga sholat , taat kepada Allah, taat ke umi. Kalo Abi mati (bilangnya mati, bukan meninggal), ga ada yang Abi bawa. Kamu harus siap. Ada Abi, makanpun sepiring, ga ada Abi pun makan sepiring....tidak lebih.dunia sementara, ga ada yg dibawa.........`" كفى بالموت واعظا “Cukuplah kematian menjadi nasihat.” Demikian ucapan Fudhail bin Iyadh. Dari kisah sakaratul maut sang Kyai di atas, hendaklah kita mengambil nasihatnya; 1. Amal yg

Penggorengan Perbankan

[Belajar Muamalah-005] Ada yang mengharamkan bank syariah karena dianggap "penggorengannya" sama dengan bank konvensional. Dianggapnya, "penggorengan" bekas barang haram maka tetap haram dipakai untuk apapun. Benarkah begitu? Dalam Islam, barang haram itu terbagi dua; karena zatnya dan karena prosesnya. Ilustrasinya seperti ini: Wanita itu haram jadi istri lelaki kecuali ada akad yang benar. Kalau akadnya pelacuran, maka termasuk zina, dosa besar. Kalau akadnya pernikahan, barulah dia halal berumah tangga. Nah, kalau lelaki itu haram jadi istri lelaki lain, apapun akadnya. Mau pakai akad pelacuran kah, pernikahan kah, walaupun saksinya orang sekampung dan dicatat di KUA, tetap haram di sisi Allah. Apa bedanya? Bedanya, wanita itu diharamkan menjadi istri bukan karena zatnya, tapi prosesnya, sedangkan lelaki itu diharamkan menjadi istri karena zatnya, masa bodoh prosesnya bagaimana. Demikian juga dengan uang dan transaksi keuangan. Zat uang itu tidak haram

Yuk Ajak Anak Main Gadget

Mungkin ada yang sudah bosan dengan tulisan dan nasihat: "Jauhkan anak dari gadget, game, dll!" Jika demikian, sekarang yuk kita bahas antithesisnya: "Ayo ajak anak main gagdget!" 😁 Gadget, atau _gawai_ dalam bahasa Indonesia sudah menjadi bagian yang sulit dipisahkan dalam kehidupan manusia modern. Gawai di jaman now, mungkin ibarat pisau di jaman food gathering (ingat lagi pelajaran sejarah SMP ya). Ga bisa dilepaskan, sehari-hari ya dibawa, nempel di pinggang. Berani keluar rumah (alias masuk hutan) ga bawa itu barang, sama aja mati. Bisa stress. Mirip2 lah sama manusia jaman now kalau ketinggalan hape di rumah. Nah, seperti pisau yang juga berbahaya tapi diperlukan, demikianlah juga gawai; berbahaya tapi diperlukan. Solusinya: ajari cara pakai dengan baik. Di antara kesalahan ortu jaman now adalah memberikan gawai dengan batasan umur. Kalau sudah umur sekian maka diberi gawai. Selesai. Padahal tidak pernah diajari dengan baik sebelumnya. Ibarat pisau, b

Hidup adalah tentang Komitmen

Di sebuah kota kecil di perbatasan Palestina ada sebuah bengkel yang dimiliki oleh seorang Yahudi taat, di mana ia memperkerjakan 2 orang muslim sebagai pegawainya, sebut saja Musa dan Malik. Suatu ketika di bulan Ramadhan, pemilik bengkel melihat Malik minum air di siang hari, maka ia pun bertanya; "Kamu tidak puasa hari ini?" "Agar saya bisa bekerja lebih keras dan lebih baik untuk bengkel ini, pak", jawab Malik dengan santai. Sementara di bagian lain dari bengkel, Musa terlihat sedang melayani mobil pelanggan yang baru saja datang. Hari berganti, bulan berlalu, bengkel tersebut mengalami masalah keuangan akibat menurunnya pelanggan sebagai efek krisis ekonomi yang melanda negeri. Akhirnya pemilik bengkel pun mengungumkan keputusan berat; 1 pegawainya harus dipecat demi efisiensi kinerja. Ternyata, pemilik bengkel lebih memilih Musa sebagai pegawainya dan memutuskan memecat  Malik demi efisiensi. Malik pun protes; "Aku telah berkorban banyak untuk be