Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Sulaiman The Magnificient

Itulah julukan yang diberikan bangsa Eropa kepada salah satu pemimpin terbesar Daulah Utsmaniyyah (tahun 1520-1566), yang berhasil melakukan pembebasan demi pembebasan wilayah di sekitar Turki, Balkan, Laut Hitam, Eropa Timur, Jazirah Arab, Laut Mediterania, hingga Afrika Utara. Pembebasan tersebut bukan hanya untuk negeri-negeri kaum Muslimin. Di bawah komando Laksamana Lautnya yang terkenal: Heyruddin Barbarossa, Daulah Utsmaniyyah masa itu juga membantu pembebasan Kota Nice dan Pulau Korsika di Perancis dari penjajahan Spanyol atas permintaan Raja Perancis, Francois I. Sebagai imbalan, Pelabuhan Toulon dijadikan sebagai markas angkatan laut Utsmaniyyah, dan kotanya diperintah di bawah hukum Islam dengan lambang Turki Utsmani pada bentengnya. Tidak berhenti sampai di situ, alasan julukan The Magnificient juga disematkan pada Sultan Sulaiman karena pesatnya pembangunan di masa pemerintahannya, mulai dari darus sifa (rumah sakit), imaret (dapur umum), hamam (pemandian umum), carava

Didiklah Anak Sesuai Zaman

Jika anak kita bermain game dan kita tidak tahu game apa yang dimainkannya dan berapa rating umurnya, berarti kita tidak peduli dengan pendidikannya. Jika anak kita menonton youtube dan kita tidak mengajaknya berbicara tentang apa yang ditontonnya, berarti kita tidak peduli pada pendidikannya. Jika anak kita dibebaskan bergaul dan kita tidak tahu apakah temannya suka coklat atau suka rokok, perkataannya santun atau kasar, hobinya pornografi atau main lego dll, berarti kita sangat tidak peduli pada pendidikannya. Jangan samakan zaman mereka dengan zaman kita kecil dulu. Dilepas bermain bebas, paling-paling luka di tangan dan lecet di kaki. Dunia sudah sangat sempit sekarang. Bayangkan, dalam radius 100 meter rumah kita bukan hanya ada masjid dan sekolah, tapi juga warung miras, rumah bordir, diskotik, bandar narkoba, markas geng motor, arena tawuran bebas, dll. Apakah kita merasa tenang melepas anak kita begitu saja? Teknologi telah membuat banyak hal begitu dekat. Baik melalui

Sunnah Memandangi Makanan

Kalau yang mau nikah, biasanya familiar dengan sunnah memandang calon pasangan. Haditsnya ini: Mughirah bin Syu`bah radhiyallahuanhu berkata, "Aku meminang seorang wanita. Lalu Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bertanya padaku, "Apakah kamu sudah melihatnya?". "Tidak", jawabku. Beliau shallallahu `alaihi wasallam bersabda, "Lihatlah dia Karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua." (HR. Ibnu Majah) Namun ternyata, tidak hanya calon pasangan yang perlu dipandangi (nazhor) sebelum dinikahi. Tapi, makanan pun perlu dipandangi sebelum dimakan. فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ ﴿٢٤﴾ "Maka hendaklah manusia itu memandangi makanannya." (QS. ‘Abasa: 24) Jika calon pasangan dipandangi agar tidak salah pilih dan untuk mengekalkan cinta ke depan, maka makanan dipandangi untuk menguatkan rasa syukur kepada Allah azza wa jalla. Makan jangan asal makan, lihat baik-baik makanan kita, zoom-in. Maka akan terl

8 Kiat Memahami Al-Quran

1. Menggabungkan antara riwayah (berdasarkan hadis/atsar) dan dirayah (berdasarkan analisa pikiran dan bahasa) 2. Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran 3. Menafsirkan Al-Quran dengan As-Sunnah 4. Memanfaatkan Tafsir Sahabat dan Tabi'in 5. Mengikuti Kaidah Bahasa Arab 6. Memerhatikan Siyaq Kalimah (keterkaitan kalimat tersebut dengan ayat-ayat sebelum atau sesudahnya) 7. Memerhatikan Asbabun Nuzul 8. Memosisikan Al-Quran sebagai Asal dan Rujukan Semua masalah dan analisis harus dikembalikan kepada Al-Quran sebagai standar dan rujukan. Bukan sebaliknya, ayat Al-Quran mengikuti pikiran-pikiran seseorang bahkan ayat Al-Quran digunakan untuk mendukung mazhab dan aliran tertentu. (Disarikan dari "Ushul Fikih Muamalah", Dr. Oni Sahroni MA)