Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Kita Semua adalah Anak-Anak Dakwah

Ketika berbicara tentang perintah untuk berjuang di jalan Allah, ada diksi menarik yang dipilih Allah azza wa jalla;  مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ "Jalan ayah kalian; Ibrahim" (QS. Al-Haj:78). Diksi ini seolah menegaskan bahwa setiap mereka yang berjuang di jalan dakwah ini, adalah anak-anak dari Ibrahim 'alaihissalam. Anak-anak dari Ismail 'alaihissalam. Anak-anak dari Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.  Mereka semua, yang memilih menjadi ahli waris dari jalan haqqa jihaadih , otomatis telah menjadi anak-anak dari gelombang dakwah ini. Di sisi lain, ayat ini seolah mengandung hikmah, bahwa seorang ayah da'i, harus mewariskan dakwahnya kepada anak-anak mereka.  Anak-anak biologis dari para ayah da'i, adalah yang paling pertama berhak atas warisan fikrah dan semangat dakwah ayahnya. Karenanya, setiap ayah da'i, selayaknya; - meluangkan waktunya secara khusus,  - melakukan dialog dakwah dan fikrah dengan anak-anak mereka, serta  - me

Dua Kunci agar Anak Menjadi Sholih

  Kunci pertama adalah sabar mengajak. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan para orang tua untuk mengajak anak mereka sholat setidaknya mulai umur 7 tahun. Dan baru boleh diberi hukuman jika tidak sholat, ketika umur 10 tahun (HR. Abu Dawud no.495). Artinya ada jarak 3 tahun dari mulai mengajak, sampai anak diharapkan bisa sholat dengan baik (sehingga tidak perlu dihukum). Jarak 3 tahun setara dengan 5.475 kali ajakan sholat 5 waktu! Ajakan ya, bukan bentakan. Kalau bentakan ga dihitung, bahkan mungkin malah bikin minus. Jadi, kalau kita merasa anak sulit diatur padahal sudah berkali-kali diberi tahu, coba hitung, apakah sudah lebih dari 5000 kali kita menasehatinya atau belum.    Kunci kedua adalah sabar berdoa. Di antara ayah yang paling banyak diabadikan doanya di dalam Al Quran adalah Ibrahim 'alaihissalam. Salah satunya; رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ "Ya Allah berilah aku anak yang sholih" (QS. Ash Shaffat: 100). Kapan doa ini dikabulkan

Niat Diucapkan atau Cukup Dalam Hati?

Sebelum membahas lebih jauh kita perlu tahu lebih dulu apa itu niat.  Niat adalah القَصْدُ (hal menyengaja/penyengajaan) yaitu; عَزْمُ الْقَلْبِ عَلى فِعْلِ الشَّيْءِ tekad hati untuk melakukan sesuatu Niat adalah jenis dari اْلإِرَادَةُ (kehendak), namun bukan kehendak biasa, karena kehendak yang dimaksud adalah kehendak yang kuat (اْلعَزْمُ) yang diistilahkan dengan azam/kehendak yang kuat. Kehendak yang kuat tersebut diarahkan untuk melakukan perbuatan tertentu yang terkait dengan kewajiban seseorang, bukan terkait dengan perbuatan orang lain. Karena itulah niat dideskripsikan sebagai;  عَزْمُ الْقَلْبِ عَلى فِعْلِ الشَّيْءِ   tekad hati untuk  melakukan sesuatu Semua ulama sepakat bahwa niat amalan hati, bukan amalan lisan.  Namun ada perbedaan sedikit terhadap niat sholat, niat puasa dan niat haji.  1. NIAT SHOLAT  Al-Imam asy-Syafi’I dalam kitab Al-Umm Juz 1, pada Bab Niat pada Shalat  (باب النية في الصلاة )  قال الشافع: والنية لا تقوم مقام التكبير ولا تجزيه النية إلا

Aqidah Paling Prinsip

Disebutkan oleh Syaikh Bakr bin Ismail, bahwa di antara aqidah paling prinsip adalah apa yang termaktub dalam sabda mulia Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: ..واعْلَمُوا أنْ لَنْ يُدْخِلَ أحَدَكُمْ عَمَلُهُ الجَنَّةَ.. "..dan ketahuilah bahwa tidaklah seseorang di antara kalian masuk surga karena amalnya.." (HR. Muslim no. 2818). Pesan agung ini mengandung aqidah prinsip pada 2 sisi; 1. Janganlah orang-orang yang banyak amalnya merasa sombong bahwa mereka pasti akan masuk surga.  2. Janganlah orang-orang yang merasa banyak maksiatnya merasa putus asa bahwa mereka pasti tidak akan masuk surga. Menariknya, bagian akhir dari hadits ini menyebutkan; وأنَّ أحَبَّ الأعْمالِ إلى اللَّهِ أدْوَمُها وإنْ قَلَّ "..dan amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus walau sedikit" Maka, bagi yang merasa banyak amalnya, teruslah jaga amalnya. Jangan perhitungan apalagi merasa cukup. Penilaian itu rahasia Allah. Dan, bagi yang merasa sedikit amalnya, t

Tips Saat Anak Tidak Sesuai Harapan

Kenyataan memang tidak selalu sesuai harapan. Berharap anak rajin sholat, sejak kecil diajarkan, tapi kok gedenya masih malas-malasan. Demikian juga dengan harapan semangat ngaji, akhlak mulia dll. Terkadang dirasa; kok jauh dari blue print di kepala orang tuanya. Dalam kondisi demikian, 3 tips ini bisa kita coba. 1. Husnuzhon pada masa depan anak Mereka masih memiliki masa yang panjang. Potensi "turning point" mereka masih banyak. Fudhail bin 'Iyadh, sebelum menjadi ulama besar, adalah seorang perampok yang ditakuti. Di usia 40 tahunlah ia bertaubat ketika mendengar lantunan ayat ke 16 surat Al-Hadid. Setelah itu ia melesat cepat, bahkan menjadi guru dari Imam Syafi'i. Kita tidak tahu ayat yang mana, nasihat siapa, yang akan menjadi kunci pembuka hati anak kita di masa depan. Tapi jika seorang perampok masih Allah izinkan menjadi ulama besar, maka selayaknya anak kita juga berhak atas masa depan yang cerah di sisi Allah. Mari tetap berprasangka baik terha