Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Gen Stroberi?

Generasi Stroberi merujuk pada generasi yang gampang benyek menghadapi tekanan (walaupun tampak cantik/ganteng, dan sehat?). Ketika memberikan "tausiyah" kepada mahasiswa Stanford awal Maret lalu, CEO Nvidia, Jensen Huang, berkata; "Greatness comes from character and character isn't formed out of smart people—it's formed out of people who suffered." [ Kehebatan datang dari karakter. Dan karakter tidak terbentuk dari orang-orang pintar, melainkan dari orang-orang yang melewati penderitaan .] Walaupun Nvidia adalah salah satu produsen komputer gaming terbaik di dunia, ternyata Presdirnya ga ngajarin tuk mengisi hidup dengan maen. Malah disuruh menderita, kalau mau sukses. Contoh paling up to date teori ini adalah anak-anak  Gaza. The Greatest Generation zaman ini. Maka demikian pula sebaiknya orang tua melatih anak-anaknya dengan "cobaan dan penderitaan", bukan dengan fasilitas dan berbagai tunjangan. Demi mempersiapkan bahu-bahu tanggu

Setan Diikat, Tapi Saudaranya Berkeliaran?

Banyak beli takjil, tapi tidak habis termakan, akhirnya tersisa dan terbuang. Lauk berbuka melimpah, tapi tidak habis dimakan. Sahur maunya ganti lauk, akhirnya sisa berbuka terbuang. Ada yang coba disimpan, tapi akhirnya tetap basi/expired. Perbuatan mubadzir termasuk amalan saudaranya setan. اِÙ†َّ الْÙ…ُبَØ°ِّرِÙŠْÙ†َ ÙƒَانُÙˆْٓا اِØ®ْÙˆَانَ الشَّÙŠٰØ·ِÙŠْÙ†ِ ۗ "Sungguh para mubadzirin adalah saudaranya setan" (QS. Al-Isra: 27) Saking buruknya perbuatan mubadzir, Quran tidak menyebutnya sebagai "temannya" setan, tapi bahkan "saudaranya". Di bulan Ramadhan yang mulia, jangan sampai setannya diikat, tapi kita terjatuh pada amalan abang dan adiknya setan. Solusinya? ✅Kurangi jumlah dan jenis takjil,  ✅Kurangi porsi menu berbuka, ✅Bersabar tidak ganti lauk kalau masih ada yang tersisa. Memaksa diri menghabiskan makanan hingga kenyang berlebihan, apalagi sampai mengganggu kesehatan,  juga termasuk mubadzir. Semoga Allah lembutkan hati kita untuk mudah merasa cukup. Bogo