Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2024

Lebih Mudah Bersyukur di Saat Sulit?

Yang hidup serba terbatas, bahkan nyawa terancam, malah tegar dalam iman dan Al-Quran. Sedangkan yang hidup nyaman, tinggi penghasilan, malah semakin sibuk meninggalkan ibadah dan Al-Quran? Perlulah direnungkan sabda Nabi akhir zaman, shallallahu 'alaihi wasallam; "Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian.  Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian.  Sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” [HR. Muslim no.2961] #pray4gaza

Tujuan Utama Parenting?

... Adalah sebagaimana tujuan penciptaan manusia itu sendiri, yaitu beribadah kepada Allah (QS. 51:56). Parenting yang baik, bukan agar anak sekolahnya pinter, atau kerjaannya bagus, hidup nyaman, dll. Parenting, atau pendidikan apa pun itu, bertujuan membuat anak semakin dekat pada Allah, menjadikan anak meniatkan hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Hidup hanya sementara, apa enaknya sekolah favorit, kerjaan bergengsi, gaji tinggi, tapi hanya sebentar, sedangkan sisa hidupnya tersiksa. Orang tua sayang anak, akan memastikan anaknya bahagia, bukan cuma tuk beberapa tahun di dunia, tapi tuk jutaan tahun, milyaran tahun, bahkan tak terhingga tahun, kelak di "sana". "Wahai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. 66:6) #pray4gaza

Tantangan Orang Tua Mapan

"Barangsiapa tidak bisa mensyukuri nikmat yang sedikit, maka tidak akan mensyukuri nikmat yang banyak" [HR. Ahmad 4:278] Di antara tantangan bagi para orang tua yang sudah mapan adalah mengajarkan anak-anak kesederhanaan. Jangankan orang tua yang mapan, orang tua yang hidupnya pas-pasan pun cenderung ingin memberikan yang bagus bahkan mewah. "Demi membahagiakan anak", katanya. Sejatinya, kebahagiaan hakiki itu ada di akhirat, yang didapatkan justru dengan karakter bersyukur selama di dunia. Sedangkan karakter bersyukur, tidak didapatkan kecuali dengan sering dididik mensyukuri hal yang tidak mewah, hal yang sederhana, hal yang kecil, bahkan ketidaknyamanan. Demi mengajarkan kesederhanaan kepada anak, tidak jarang orang tua perlu memilih jalan tidak mapan, hadiah yang tidak mewah, kehidupan yang sederhana. Demi membentuk karakter bersyukur, yang hakikatnya, itulah hadiah yang akan mengantarkan mereka pada kebahagiaan abadi, di akhirat. Bukan yang sementar