Langsung ke konten utama

Amalan di Bulan Rajab

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram (syahral haram) " (QS. Al Maidah: 2)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: 

"Setahun ada 12 bulan, di antaranya terdapat 4 bulan haram: tiga yang awal adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, dan Muharam. Sedangkan Rajab yang penuh kemuliaan antara dua jumadil dan sya’ban." (HR. Bukhari No. 3025)
Tidak sedikit umat Islam yang meyakini keutamaan amal-amal khusus di bulan Rajab seperti puasa, sholat, dan lain-lain. Namun sayangnya, keutamaan-keutamaan amal tersebut tidak dilandaskan pada dalil yang shahih.
Di antara ulama yang menerangkan bahwa hadits-hadits tentang keutamaan amal di bulan Rajab adalah lemah bahkan palsu adalah; Imam Ibnu Hajar al Asqalani, Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah, Imam al Munawi, dan lain-lain.
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata: 
Puasa Rajab, tidak memiliki kelebihan apa pun dibanding bulan-bulan lainnya, hanya saja dia termasuk bulan-bulan haram. Tidak ada dalam sunah yang shahih tentang bahwa  puasa pada bulan tersebut memiliki  keutamaan khusus, ada pun riwayat yang ada menyebutkan tentang hal itu tidak kuat dijadikan sebagai hujjah. (Fiqhus Sunnah, 1/453)

Namun lemahnya dalil-dalil tentang keutamaan amal tertentu di bulan Rajab, bukan berarti tidak boleh memperbanyak amal di Bulan Rajab.

Adalah Allah yang telah berfirman:

فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ


"Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu."
(QS. at-Taubah: 36)

Dan sahabat yang mulia 'Abdullah bin 'Abbas telah menjelaskan tafsir dari ayat diatas, beliau mengatakan:

أي فيهن كلهنَّ؛ ثم اختص منهنَّ أربعة فجعلهنَّ حرامًا وعظم حرماتهنَّ، وجعل الذنب فيهنَّ أعظم والعمل الصالح والأجر أعظم

"(Janganlah kalian menganiaya diri kalian) yakni pada seluruh bulan yang ada, kemudian dikhususkan dari bulan-bulan itu empat bulan yang Allah telah menjadikannya sebagai bulan-bulan haram, yang telah dilebihkan kedudukannya daripada bulan yang lain. Dan perbuatan dosa yang dilakukan didalamnya lebih besar dihadapan Allah, begitu juga amalan shalih yang dilakukan akan menghasilkan ganjaran yang lebih besar pula." (Lathaif Al Ma'arif: 124)


Dari Utsman bin Hakim Al Anshari, beliau berkata:
Aku bertanya kepada Sa’id bin Jubeir tentang shaum pada bulan Rajab, saat itu kami sedang berada pada bulan Rajab, Beliau menjawab: “Aku mendengar Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma berkata: Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpuasa (pada bulan Rajab) sampai-sampai kami mengatakan Beliau tidak meninggalkannya, dan Beliau pernah meninggalkannya sampai kami mengatakan dia tidak pernah berpuasa (Rajab). (HR. Muslim No. 1157)

Imam An Nawawi mengatakan:
 
“Tidak ada yang shahih tentang larangan berpuasa pada bulan Rajab, dan tidak shahih pula mengkhususkan puasa pada bulan tersebut, tetapi pada dasarnya berpuasa memang hal yang disunahkan. Terdapat dalam Sunan Abu Daud bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan berpuasa pada asyhurul hurum (bulan-bulan haram), dan Rajab termasuk asyhurul hurum. Wallahu A’lam (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8/39)

Berkata Syaikh Dr. Abdullah Al Faqih Hafizhahullah
  
"Pada masalah ini, kami katakan bahwa telah jelas perkara ini telah diperselisihkan para ulama, dan tidak boleh masalah ini menjadi sebab pertentangan dan perpecahan di antara kaum muslimin. Bahkan, siapa saja yang berpendapat seperti jumhur ulama dia tidak boleh dicela, dan siapa saja yang berpendapat seperti Hanabilah dia juga tidak boleh dicela. Ada pun berpuasa pada sebagian bulan Rajab, maka telah disepakati kesunahannya menurut para pengikut empat madzhab sebagaimana penjelasan lalu, itu bukan bid'ah.
 
Kemudian, sesungguhnya pendapat yang lebih kuat dari perbedaan pendapat sebelumnya adalah pendapat jumhur, bukan pendapat Hanabilah. "(Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No. 28322) 


Lalu bagaimana dengan amalan selain puasa?


Secara umum, memperbanyak amalan pada bulan apa pun adalah sunnah. Selama tidak dikaitkan dengan keutamaan khusus, apalagi membuat-buat keutamaan sendiri tanpa dalil yang jelas dari Nabi shallallahu 'alayhi wasallam adalah tidak dibenarkan, dan bisa membuat seseorang terjerumus pada dusta atas nama Nabi. Karena itu kita perlu berhati-hati dalam menyebarkan sesuatu yang terkait dengan dalil-dalil syariat.


Dari Anas bin Malik, ia berkata. Sesungguhnya yang mencegahku menceritakan hadist yang banyak kepada kamu, (ialah) karena Rasulullah SAW telah bersabda : ”Barangasiapa yang sengaja berdusta atasku (yakni atas namaku), maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka”.
Hadits shahih dikeluarkan oleh Bukhari (1/35) dan Muslim (1/7) dll.
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/34-ancaman-berdusta-atas-nama-rasulullah-shallallaahu-alayhi-wa-sallam/#sthash.bTteGSyl.dpuf

Dari Anas bin Malik, ia berkata. Sesungguhnya yang mencegahku menceritakan hadist yang banyak kepada kamu, (ialah) karena Rasulullah SAW telah bersabda : ”Barangasiapa yang sengaja berdusta atasku (yakni atas namaku), maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka”.
(HR. Bukhari (1/35) dan Muslim (1/7))

Isra Mi'raj terjadi di bulan Rajab?

Ternyata hal ini masih diperselisihkan para ulama, dan sebagian ulama mengatakan bahwa tidak ada keterangan yang shahih tentang hal tersebut.

Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Baari menyebutkan bahwa sebagian ulama mengatakan Isra' Mi'raj terjadi pada Bulan Rajab, sebagian lagi mengatakannya pada Rabiul Akhir, Ramadhan, dan adapula yang menyebutkan Syawal.

Sementara Ibnu Rajab al Hanbali mengatakan banyak ulama melemahkan pendapat tentang Isra Mi'raj pada bulan Rajab (Lathaif Al Ma’arif hal.95).


Terlepas dari segala khilafiyah ulama terkait di Bulan Rajab, mempersiapkan diri menuju Ramadhan dengan memperbanyak amalan sunnah, adalah baik, tanpa harus mengaitkan dengan keutamaan tertentu yang tidak ada dalilnya. Karena penetapan keutamaan suatu ibadah adalah murni hak Allah, yang tidak boleh dilanggar siapa pun. 

Wallahu a'lam 
Dari Anas bin Malik, ia berkata. Sesungguhnya yang mencegahku menceritakan hadist yang banyak kepada kamu, (ialah) karena Rasulullah SAW telah bersabda : ”Barangasiapa yang sengaja berdusta atasku (yakni atas namaku), maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka”.
Hadits shahih dikeluarkan oleh Bukhari (1/35) dan Muslim (1/7) dll.
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/34-ancaman-berdusta-atas-nama-rasulullah-shallallaahu-alayhi-wa-sallam/#sthash.bTteGSyl.dpuf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Orang Tua Dulu Bisa Mengasuh Anak Tanpa Ilmu Parenting?

Ada banyak versi jawaban terkait hal ini. Berikut ini hanya salah satunya saja, versi pribadi. Bisa jadi sangat kontroversial. Silahkan diskip jika tidak sepakat. Atau disebarkan, jika manfaat. Mungkin, pengasuhan orang tua kita zaman dulu berhasil, tanpa ikut seminar parenting, karena kesholihan mereka. Suksesnya pengasuhan seorang anak itu karena hidayah Allah. Bukan karena keahlian orang tuanya, atau keahlian konsultan, psikolog, dsb. Jika demikian, maka cara utama tuk mengasuh anak adalah dengan mendekat ke Sang Pemilik Hidayah. Menjadi orang tua sholih. Sholih bukan hanya terbatas rajin sholat, rajin sedekah, rajin ke masjid dll. Tapi sholih yang utama juga termasuk ibadah hati berupa tulus ikhlas, syukur, dan sabar. Mungkin orang tua kita zaman dulu tidak banyak jumlah ngaji dan sholatnya. Tapi bisa jadi setiap kalinya dilakukan dengan hati penuh ikhlas, syukur, dan sabar. Maka itulah penyebab datangnya hidayah Allah, dalam pertumbuhan anak-anak mereka. Atau juga mung

Bahaya Hidup Sederhana bagi Anak?

Menurut Psikolog David J Bredehoft PhD, anak yang tidak terdidik hidup sederhana akan mengakibatkan, di antaranya; 1. Selalu ingin hadiah segera 2. Tidak mampu mengendalikan diri 3. Makan berlebihan 4. Tidak bertanggung jawab 5. Tidak paham apa itu "cukup", dll. Dalam islam sendiri, ajaran hidup sederhana erat kaitannya dengan pembentukan karakter syukur. Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia juga tidak akan mensyukuri yang banyak.  [HR. Ahmad, 4/278] Anak yang tidak bisa mensyukuri makan nasi tempe tahu, akan sulit mensyukuri makanan yang lebih mewah daripada itu. Anak yang tidak bisa mensyukuri jatah gadget 15 menit sehari, akan sulit bersyukur dikasih jatah gadget berapa lama pun. Anak yang tidak bisa mensyukuri liburan murah meriah, akan sulit bersyukur ketika diajak liburan mewah. Akhirnya anak tidak tahu apa itu cukup, dan sulit bahagia kecuali level rewardnya dinaikkan terus. Dalam mendidik kesederhanaan, orang tua harus menjadi teladan.

Doa Menolak Wabah Penyakit

اللهم إن هذا المرض جند من جنودك Allahumma inna hadzal marodho jundun min junuudika تصيب به من تشاء وتصرفه عمن تشاء Tushiibu bihi man tasyaaa', wa tashrifuhu 'an man tasyaaa' اللهم فاصرفه عناوعن بيوتنا وعن والدينا وازواجنا واهلنا وبلادنا وبلادالمسلمين و كل بلاد Allahumma fashrifhu 'annaa wa 'an buyuutinaa wa 'an waalidiinaa wa azwajinaa wa ahlinaa wa bilaadinaa wa bilaadil muslimiin wa kulli bilaad وحفظها مما نحافه ونحذر Wahfazhnaa mimmaa nakhoofuhu wa nahdzar فانت خير حافظ وانت ارحم الراحمين Fa Anta khoirun haafizho Wa Anta arhamur raahimiin Ya Allah, sesungguhnya penyakit ini adalah salah satu tentaramu Engkau timpakan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hindarkan darinya siapa saja yang Engkau kehendaki Ya Allah, hindarkanlah penyakit ini dari kami, dari rumah-rumah kami, hindarkan dari orang tua kami, pasangan-pasangan kami, keluarga kami, dari negeri kami dan negeri kaum muslimin dan dari seluruh negeri. Dan lindungilah kami d