Langsung ke konten utama

Waktu Shubuh Terlalu Cepat?

Kembali viral wacana bahwa waktu sholat shubuh di Indonesia terlalu cepat. Aslinya sih sudah sejak awal 2009, dan sejak itu MUI maupun para ahli di Kemenag dan ormas Islam masih melihat bahwa jadwal sholat yang ada masih tepat.

Tahun 2018, Kementerian agama sendiri bekerja sama dengan LAPAN dan ahli astronomi dari institusi lain telah melakukan kajian ulang dan berkesimpulan waktu shubuh yang berlaku sekarang masih tepat.

Adapun Majelis Tarjih Muhammadiyyah yang mengkaji ulang lagi waktu shubuh akhirnya menetapkan tahun lalu bahwa waktu shubuh dimundurkan 8 menit.

Ada juga sih yang mengkaji dan menganggap waktu shubuh perlu dimundurkan hingga 20~26 menit. Namun rasanya ini terlalu jauh dari keumuman kajian majelis para ahli selama beberapa tahun ini.

Dalam menyikapi perbedaan pendapat ini, mungkin bisa dipakai kaidah fiqih;

الاجتهاد لا ينقض بالإجتهاد 

"Ijtihad itu tidak dapat dirusak dengan ijtihad lainnya."

Perbedaan penetapan waktu shubuh ini bisa disikapi sebagaimana perbedaan penetapan waktu awal Ramadhan atau Hari Raya.

Sebagaimana perbedaan waktu shubuh bisa membuat seseorang sholat shubuh sebelum waktunya menurut pendapat lawannya.

Sebaliknya, membuat seseorang masih makan sahur padahal sudah haram makan minum menurut pendapat lawannya pula.

Dalam kondisi seperti ini, di antara hal yang bisa menjadi landasan kita memilih pendapat adalah;

1. Pilih waktu yang aman, lebih aman.

Ketika sedang banyak beribadah sendiri di rumah, seperti saat awal pandemi, bisa jadi memilih waktu yang aman antara Kemenag dan Muhammadiyyah misalnya, adalah pilihan terbaik.

Saat sahur, berhenti sesuai waktu Kemenag. Namun sholat shubuhnya di rumah dimulai sesuai waktu Muhammadiyyah.

Ini termasuk ikhtiar mengikuti kaidah;

 الخروج من الخلاف مستحب

"Disukai untuk keluar dari khilafiyah"

Dengan ini, maka hati lebih tenang dalam beribadah.

Jangan malah gonta ganti pendapat;

Saat telat bangun sahur ikut pendapat yang shubuh belakangan. Saat ingin buru-buru berangkat kerja, ikut pendapat shubuh duluan.

2. Kebersamaan dengan jamaah kaum muslimin.

Jangan sampai meninggalkan sholat shubuh berjamaah di masjid ketika berada di lingkungan NU yang masih berpatokan pada jadwal Kemenag, karena kita merasa pendapat Muhammadiyyah lebih tepat.

Keutamaan sholat shubuh berjamaah adalah hal yang sudah disepakati para ulama. Sedangkan mulainya waktu shubuh adalah ijtihad yang bisa berbeda di suatu negeri dengan negeri lainnya.

Sebagaimana ketika berada di Mekkah, kita akan sholat shubuh sesuai ijtihad waktu shubuh ulama Mekkah. Ketika di Istambul atau Tokyo pun, kita akan ikut waktu shubuh masjid setempat.

Maka ketika sedang di Bandung yang banyak masyarakat Persis, atau di Yogyakarta wilayahnya Muhammadiyyah, lebih elok untuk membersamai mereka dalam sholat-sholat kita.

Wallahu a'lam.



===
Bogor, 
95 hari menuju Ramadhan 1443

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Orang Tua Dulu Bisa Mengasuh Anak Tanpa Ilmu Parenting?

Ada banyak versi jawaban terkait hal ini. Berikut ini hanya salah satunya saja, versi pribadi. Bisa jadi sangat kontroversial. Silahkan diskip jika tidak sepakat. Atau disebarkan, jika manfaat. Mungkin, pengasuhan orang tua kita zaman dulu berhasil, tanpa ikut seminar parenting, karena kesholihan mereka. Suksesnya pengasuhan seorang anak itu karena hidayah Allah. Bukan karena keahlian orang tuanya, atau keahlian konsultan, psikolog, dsb. Jika demikian, maka cara utama tuk mengasuh anak adalah dengan mendekat ke Sang Pemilik Hidayah. Menjadi orang tua sholih. Sholih bukan hanya terbatas rajin sholat, rajin sedekah, rajin ke masjid dll. Tapi sholih yang utama juga termasuk ibadah hati berupa tulus ikhlas, syukur, dan sabar. Mungkin orang tua kita zaman dulu tidak banyak jumlah ngaji dan sholatnya. Tapi bisa jadi setiap kalinya dilakukan dengan hati penuh ikhlas, syukur, dan sabar. Maka itulah penyebab datangnya hidayah Allah, dalam pertumbuhan anak-anak mereka. Atau juga mung

Bahaya Hidup Sederhana bagi Anak?

Menurut Psikolog David J Bredehoft PhD, anak yang tidak terdidik hidup sederhana akan mengakibatkan, di antaranya; 1. Selalu ingin hadiah segera 2. Tidak mampu mengendalikan diri 3. Makan berlebihan 4. Tidak bertanggung jawab 5. Tidak paham apa itu "cukup", dll. Dalam islam sendiri, ajaran hidup sederhana erat kaitannya dengan pembentukan karakter syukur. Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia juga tidak akan mensyukuri yang banyak.  [HR. Ahmad, 4/278] Anak yang tidak bisa mensyukuri makan nasi tempe tahu, akan sulit mensyukuri makanan yang lebih mewah daripada itu. Anak yang tidak bisa mensyukuri jatah gadget 15 menit sehari, akan sulit bersyukur dikasih jatah gadget berapa lama pun. Anak yang tidak bisa mensyukuri liburan murah meriah, akan sulit bersyukur ketika diajak liburan mewah. Akhirnya anak tidak tahu apa itu cukup, dan sulit bahagia kecuali level rewardnya dinaikkan terus. Dalam mendidik kesederhanaan, orang tua harus menjadi teladan.

Doa Menolak Wabah Penyakit

اللهم إن هذا المرض جند من جنودك Allahumma inna hadzal marodho jundun min junuudika تصيب به من تشاء وتصرفه عمن تشاء Tushiibu bihi man tasyaaa', wa tashrifuhu 'an man tasyaaa' اللهم فاصرفه عناوعن بيوتنا وعن والدينا وازواجنا واهلنا وبلادنا وبلادالمسلمين و كل بلاد Allahumma fashrifhu 'annaa wa 'an buyuutinaa wa 'an waalidiinaa wa azwajinaa wa ahlinaa wa bilaadinaa wa bilaadil muslimiin wa kulli bilaad وحفظها مما نحافه ونحذر Wahfazhnaa mimmaa nakhoofuhu wa nahdzar فانت خير حافظ وانت ارحم الراحمين Fa Anta khoirun haafizho Wa Anta arhamur raahimiin Ya Allah, sesungguhnya penyakit ini adalah salah satu tentaramu Engkau timpakan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hindarkan darinya siapa saja yang Engkau kehendaki Ya Allah, hindarkanlah penyakit ini dari kami, dari rumah-rumah kami, hindarkan dari orang tua kami, pasangan-pasangan kami, keluarga kami, dari negeri kami dan negeri kaum muslimin dan dari seluruh negeri. Dan lindungilah kami d