Langsung ke konten utama

Siapa yang Berhak Kembali (langsung) Kepada Al-Quran dan As-Sunnah?



Tentu, setiap umat Islam wajib kembali kepada Al Quran dan As-Sunnah.

Namun, apakah setiap umat Islam berhak menyimpulkan langsung hukum dari Al-Quran dan As-Sunnah?

Jika jawabannya iya, maka seluruh umat Islam saat ini berada di level Mujtahid Mutlak, level keislaman yang luar biasa.

Di antara syarat Mujtahid Mutlak yang disebutkan para ulama adalah;

- Menguasai Al-Quran secara detil (nasikh mansukh, am khas, asbabun nuzul, dll)

- Menguasai As-Sunnah secara detil (hadits shahih dhaif, jarh wa ta'dil, syadz, dll)

- Menguasai bahasa arab (nahwu sharaf, balaghah, dll)

- Menguasai ushul fiqh

- Menguasai fiqh nafs

- Menguasai ijma' dan hal-hal khilafiyah

Dll

Syarat-syarat ilmiah ini adalah bentuk perlindungan terhadap syariat agar tidak semua orang dengan mudah menyimpulkan syariat hanya dengan pemahamannya sendiri. Karena hal itu akan menimbulkan kesemrawutan dalam bergama.

Di zaman medsos seperti sekarang, ketika akses terhadap teks-teks dalil begitu mudah didapatkan, tidak jarang ditemukan sebagian orang yang berkata "inilah yang sesuai Quran", "itu bertentangan dengan Sunnah Nabi", padahal yang dibaca hanya satu buah terjemahan teks, dari sekian luas khasanah Al-Quran dan As-Sunnah.

Tidak perlu jauh-jauh dengan syarat menguasai seluk beluk detil Al-Quran dan As-Sunnah, menguasai bahasa arabnya pun tidak jarang jauh panggang daripada api.

Oleh karenanya, ada baiknya kita yang bukan mujtahid menempatkan diri kita secara tawadhu', merujuk pada pendapat-pendapat para Imam mazhab, Imam mujtahid dsb yang telah teruji kredibilitasnya dari masa-masa. 

Atau, merujuk pada pendapat majelis ulama, karena hasil musyawarah para ahli ilmu tentu lebih berfaidah daripada hasil pemikiran pribadi dengan ilmu yang sedikit.

Sebagaimana sebuah urusan akan rusak jika diberikan bukan kepada ahlinya, maka syariat ini akan tercoreng jika semakin banyak yang terlalu berani berpendapat tanpa mengenal kapasitasnya.

Telah terucap sebuah hikmah dari lisan orang yang mulia, Umar bin Abdul Aziz:

رحم الله امرئ عرف قدر نفسه

“Semoga Allah merahmati seseorang yang menyadari kapasitas dirinya”


Wallahu a'lam
Wallahul musta'an




===
Bogor, 28 Rajab 1443

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Orang Tua Dulu Bisa Mengasuh Anak Tanpa Ilmu Parenting?

Ada banyak versi jawaban terkait hal ini. Berikut ini hanya salah satunya saja, versi pribadi. Bisa jadi sangat kontroversial. Silahkan diskip jika tidak sepakat. Atau disebarkan, jika manfaat. Mungkin, pengasuhan orang tua kita zaman dulu berhasil, tanpa ikut seminar parenting, karena kesholihan mereka. Suksesnya pengasuhan seorang anak itu karena hidayah Allah. Bukan karena keahlian orang tuanya, atau keahlian konsultan, psikolog, dsb. Jika demikian, maka cara utama tuk mengasuh anak adalah dengan mendekat ke Sang Pemilik Hidayah. Menjadi orang tua sholih. Sholih bukan hanya terbatas rajin sholat, rajin sedekah, rajin ke masjid dll. Tapi sholih yang utama juga termasuk ibadah hati berupa tulus ikhlas, syukur, dan sabar. Mungkin orang tua kita zaman dulu tidak banyak jumlah ngaji dan sholatnya. Tapi bisa jadi setiap kalinya dilakukan dengan hati penuh ikhlas, syukur, dan sabar. Maka itulah penyebab datangnya hidayah Allah, dalam pertumbuhan anak-anak mereka. Atau juga mung

Bahaya Hidup Sederhana bagi Anak?

Menurut Psikolog David J Bredehoft PhD, anak yang tidak terdidik hidup sederhana akan mengakibatkan, di antaranya; 1. Selalu ingin hadiah segera 2. Tidak mampu mengendalikan diri 3. Makan berlebihan 4. Tidak bertanggung jawab 5. Tidak paham apa itu "cukup", dll. Dalam islam sendiri, ajaran hidup sederhana erat kaitannya dengan pembentukan karakter syukur. Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia juga tidak akan mensyukuri yang banyak.  [HR. Ahmad, 4/278] Anak yang tidak bisa mensyukuri makan nasi tempe tahu, akan sulit mensyukuri makanan yang lebih mewah daripada itu. Anak yang tidak bisa mensyukuri jatah gadget 15 menit sehari, akan sulit bersyukur dikasih jatah gadget berapa lama pun. Anak yang tidak bisa mensyukuri liburan murah meriah, akan sulit bersyukur ketika diajak liburan mewah. Akhirnya anak tidak tahu apa itu cukup, dan sulit bahagia kecuali level rewardnya dinaikkan terus. Dalam mendidik kesederhanaan, orang tua harus menjadi teladan.

Doa Menolak Wabah Penyakit

اللهم إن هذا المرض جند من جنودك Allahumma inna hadzal marodho jundun min junuudika تصيب به من تشاء وتصرفه عمن تشاء Tushiibu bihi man tasyaaa', wa tashrifuhu 'an man tasyaaa' اللهم فاصرفه عناوعن بيوتنا وعن والدينا وازواجنا واهلنا وبلادنا وبلادالمسلمين و كل بلاد Allahumma fashrifhu 'annaa wa 'an buyuutinaa wa 'an waalidiinaa wa azwajinaa wa ahlinaa wa bilaadinaa wa bilaadil muslimiin wa kulli bilaad وحفظها مما نحافه ونحذر Wahfazhnaa mimmaa nakhoofuhu wa nahdzar فانت خير حافظ وانت ارحم الراحمين Fa Anta khoirun haafizho Wa Anta arhamur raahimiin Ya Allah, sesungguhnya penyakit ini adalah salah satu tentaramu Engkau timpakan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hindarkan darinya siapa saja yang Engkau kehendaki Ya Allah, hindarkanlah penyakit ini dari kami, dari rumah-rumah kami, hindarkan dari orang tua kami, pasangan-pasangan kami, keluarga kami, dari negeri kami dan negeri kaum muslimin dan dari seluruh negeri. Dan lindungilah kami d