Langsung ke konten utama

Sungkan Ngajarin Anak Birrul Walidain?

Orang tua yang baik mungkin ada yang sungkan blak-blakan ngedidik anaknya tuk birrul walidain.

Kesannya kayak jadi pengen ngeboss gitu kan. Memakai dalil dari Quran, Sunnah, logika dll agar anak taat dan bakti kepada dirinya. Conflict of interest😅.

Tapi ya namanya bagian dari pendidikan wajib, birrul walidain tetap perlu disampaikan. Apalagi di jaman now.

Mungkin ada yang mikir; biarin aja anaknya melihat ayah ibunya berkorban untuk dia sehari-hari, nanti dalam hatinya juga akan tumbuh rasa tuk berbakti.

Iya, itu kan dulu ya. Kita menonton langsung bagaimana ayah lelah pulang kerja, ibu mondar-mandir dari dapur ke tempat jemuran, dll.

Kalau sekarang, mungkin anak-anak lagi menonton tiktok pas ibunya lagi sibuk masak. Atau asyik mabar, ga merhatiin bapaknya pulang kerja tepar.

Mungkin ada ortu yang sungkan tuk mengarahkan langsung anaknya bahwa harus taat, hormat, dan sayang ke ayah ibunya.

Padahal orang asing di dunia maya tidak pernah sungkan tuk selalu membujuk anaknya; "Like and subscribe ya!"

Mendidik anak birrul walidain secara terbuka dan tegas, sejatinya bukan karena ortu pengen ngeboss.

Tapi justru karena kita ingin anak kita masuk surga dari pintu terbaik, pintu paling tengah (HR. Ahmad 28276).

Ketika orang tua mengimani bahwa dunia sementara, sedangkan akhirat tak berbatas, maka harusnya effort membantu mereka tuk mendapatkan tempat terbaik di akhirat, melebihi dari effort dalam membantu mereka tuk hidup sukses di dunia.

Kedua, pendidikan birrul walidain menjadi sangat penting bagi anak karena ini adalah akhlak paling basic antar sesama makhluk.

Kalau terhadap pemberi kehidupannya (ortu) saja dia tidak berterima kasih (peduli), maka dia akan lebih mudah tidak peduli terhadap yang lain.

Ibnu Umar pernah ditanya oleh orang yang menggendong ibunya dalam ibadah haji; apakah dia telah membalas kebaikan ibunya. 

Dijawab oleh Ibnu Umar; " Tidak, walau hanya sehela nafasnya ketika melahirkanmu". (Adabul Mufrad, hadits no. 11)

Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan bahwa berbakti kepada orang tua kedudukannya di atas jihad fi sabilillah (HR. Muslim no. 7534).

Jadi jangan sampai seorang anak muslim, merasa telah "berjihad" menjadi sukses dan berkontribusi pada masyarakat, lalu merasa boleh tidak peduli pada orang tuanya yang telah renta.

Dan pendidikan rasa peduli dan bakti itu, perlu dipastikan beres ketika anak masih dalam asuhan orang tua.

Lawan para ortu sekarang lebih berat, karena mungkin ajakan like and subscribe dari dunia maya lebih sering didengar anak, daripada ajakan like (cinta) dan subscribe (taat) kepada ortu di rumah.

Semoga Allah menolong kita.


===
Bogor
2 Safar 1444H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Orang Tua Dulu Bisa Mengasuh Anak Tanpa Ilmu Parenting?

Ada banyak versi jawaban terkait hal ini. Berikut ini hanya salah satunya saja, versi pribadi. Bisa jadi sangat kontroversial. Silahkan diskip jika tidak sepakat. Atau disebarkan, jika manfaat. Mungkin, pengasuhan orang tua kita zaman dulu berhasil, tanpa ikut seminar parenting, karena kesholihan mereka. Suksesnya pengasuhan seorang anak itu karena hidayah Allah. Bukan karena keahlian orang tuanya, atau keahlian konsultan, psikolog, dsb. Jika demikian, maka cara utama tuk mengasuh anak adalah dengan mendekat ke Sang Pemilik Hidayah. Menjadi orang tua sholih. Sholih bukan hanya terbatas rajin sholat, rajin sedekah, rajin ke masjid dll. Tapi sholih yang utama juga termasuk ibadah hati berupa tulus ikhlas, syukur, dan sabar. Mungkin orang tua kita zaman dulu tidak banyak jumlah ngaji dan sholatnya. Tapi bisa jadi setiap kalinya dilakukan dengan hati penuh ikhlas, syukur, dan sabar. Maka itulah penyebab datangnya hidayah Allah, dalam pertumbuhan anak-anak mereka. Atau juga mung

Bahaya Hidup Sederhana bagi Anak?

Menurut Psikolog David J Bredehoft PhD, anak yang tidak terdidik hidup sederhana akan mengakibatkan, di antaranya; 1. Selalu ingin hadiah segera 2. Tidak mampu mengendalikan diri 3. Makan berlebihan 4. Tidak bertanggung jawab 5. Tidak paham apa itu "cukup", dll. Dalam islam sendiri, ajaran hidup sederhana erat kaitannya dengan pembentukan karakter syukur. Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia juga tidak akan mensyukuri yang banyak.  [HR. Ahmad, 4/278] Anak yang tidak bisa mensyukuri makan nasi tempe tahu, akan sulit mensyukuri makanan yang lebih mewah daripada itu. Anak yang tidak bisa mensyukuri jatah gadget 15 menit sehari, akan sulit bersyukur dikasih jatah gadget berapa lama pun. Anak yang tidak bisa mensyukuri liburan murah meriah, akan sulit bersyukur ketika diajak liburan mewah. Akhirnya anak tidak tahu apa itu cukup, dan sulit bahagia kecuali level rewardnya dinaikkan terus. Dalam mendidik kesederhanaan, orang tua harus menjadi teladan.

Doa Menolak Wabah Penyakit

اللهم إن هذا المرض جند من جنودك Allahumma inna hadzal marodho jundun min junuudika تصيب به من تشاء وتصرفه عمن تشاء Tushiibu bihi man tasyaaa', wa tashrifuhu 'an man tasyaaa' اللهم فاصرفه عناوعن بيوتنا وعن والدينا وازواجنا واهلنا وبلادنا وبلادالمسلمين و كل بلاد Allahumma fashrifhu 'annaa wa 'an buyuutinaa wa 'an waalidiinaa wa azwajinaa wa ahlinaa wa bilaadinaa wa bilaadil muslimiin wa kulli bilaad وحفظها مما نحافه ونحذر Wahfazhnaa mimmaa nakhoofuhu wa nahdzar فانت خير حافظ وانت ارحم الراحمين Fa Anta khoirun haafizho Wa Anta arhamur raahimiin Ya Allah, sesungguhnya penyakit ini adalah salah satu tentaramu Engkau timpakan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hindarkan darinya siapa saja yang Engkau kehendaki Ya Allah, hindarkanlah penyakit ini dari kami, dari rumah-rumah kami, hindarkan dari orang tua kami, pasangan-pasangan kami, keluarga kami, dari negeri kami dan negeri kaum muslimin dan dari seluruh negeri. Dan lindungilah kami d