Langsung ke konten utama

Tidak Ada Remaja Sampai Abad 19


Merujuk artikel "Brief History of Teenagers" yang dimuat di The Saturday Evening Post, kata remaja (teenager) baru dikenal di awal 1900an. Hal ini serasi dengan kajian Psikolog Drs. Adriano Rusfi bahwa dunia tidak mengenal istilah remaja sampai akhir abad 19.

Jadi, sebelum masa itu usia manusia hanya dilihat dari 2 sudut pandang; anak-anak atau dewasa.

Di Inggris contohnya, sampai abad 18 setiap orang masih diperbolehkan menikah ketika sudah puber, tanpa perlu persetujuan orang tua (historyextra.com). Puber dianggap dewasa, fisik dan mental, sehingga layak menikah (bertanggung jawab).

Kalau merujuk pada sejarah Islam, tercatat nama Muhammad bin Abdullah (saw) yang telah menjadi pasukan penegak keadilan melalui Perang Fijar di usia 15 tahun.

Pun tidak ditemukan jiwa "labil ala remaja" pada Ali bin Abi Thalib ketika usianya masih 10 tahun tapi memilih "agama baru" dengan mantap, walaupun menentang seluruh kaumnya bahkan ayahnya sendiri.

Selang 150 tahun berikutnya masih ada contoh bagaimana Muhammad bin Idris Asy-Syafii telah berfatwa dan punya majelis taklim sendiri pada usia 15 tahun.

Sejatinya, baligh dalam Islam meliputi dewasa fisik dan mental. Karena baligh artinya siap memikul beban (syariat). Mandiri dan bertanggung jawab terhadap amalnya sendiri.

Namun entah karena cara didik yang tidak tepat atau apa, 1 abad terakhir ini seolah baligh fisik dan baligh mental masing2 tumbuh sendiri, dengan gap yang semakin besar.

Mulai dari awal balighnya tidak bisa (biasa?) membersihkan kotorannya sendiri (piring kotor dan baju kotor), sampai kuliah dan kerja pun masih menyita pikiran ortu.

Yang paling repot adalah tidak mandiri bangun Sholat Subuh. 

Sholat adalah pembeda muslim dan kafir. Penentu surga neraka kelak. Apa jadinya kalau anak tidak mau bertanggung jawab atas nasib akhiratnya sendiri?

So, apa yang harus dilakukan?

Selamat mengobrol bersama "para remaja" dan "calon remaja" di rumah.


===
Abdussalam Toosan
Bogor, 3 Rabiul Tsani 1444

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Orang Tua Dulu Bisa Mengasuh Anak Tanpa Ilmu Parenting?

Ada banyak versi jawaban terkait hal ini. Berikut ini hanya salah satunya saja, versi pribadi. Bisa jadi sangat kontroversial. Silahkan diskip jika tidak sepakat. Atau disebarkan, jika manfaat. Mungkin, pengasuhan orang tua kita zaman dulu berhasil, tanpa ikut seminar parenting, karena kesholihan mereka. Suksesnya pengasuhan seorang anak itu karena hidayah Allah. Bukan karena keahlian orang tuanya, atau keahlian konsultan, psikolog, dsb. Jika demikian, maka cara utama tuk mengasuh anak adalah dengan mendekat ke Sang Pemilik Hidayah. Menjadi orang tua sholih. Sholih bukan hanya terbatas rajin sholat, rajin sedekah, rajin ke masjid dll. Tapi sholih yang utama juga termasuk ibadah hati berupa tulus ikhlas, syukur, dan sabar. Mungkin orang tua kita zaman dulu tidak banyak jumlah ngaji dan sholatnya. Tapi bisa jadi setiap kalinya dilakukan dengan hati penuh ikhlas, syukur, dan sabar. Maka itulah penyebab datangnya hidayah Allah, dalam pertumbuhan anak-anak mereka. Atau juga mung

Bahaya Hidup Sederhana bagi Anak?

Menurut Psikolog David J Bredehoft PhD, anak yang tidak terdidik hidup sederhana akan mengakibatkan, di antaranya; 1. Selalu ingin hadiah segera 2. Tidak mampu mengendalikan diri 3. Makan berlebihan 4. Tidak bertanggung jawab 5. Tidak paham apa itu "cukup", dll. Dalam islam sendiri, ajaran hidup sederhana erat kaitannya dengan pembentukan karakter syukur. Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia juga tidak akan mensyukuri yang banyak.  [HR. Ahmad, 4/278] Anak yang tidak bisa mensyukuri makan nasi tempe tahu, akan sulit mensyukuri makanan yang lebih mewah daripada itu. Anak yang tidak bisa mensyukuri jatah gadget 15 menit sehari, akan sulit bersyukur dikasih jatah gadget berapa lama pun. Anak yang tidak bisa mensyukuri liburan murah meriah, akan sulit bersyukur ketika diajak liburan mewah. Akhirnya anak tidak tahu apa itu cukup, dan sulit bahagia kecuali level rewardnya dinaikkan terus. Dalam mendidik kesederhanaan, orang tua harus menjadi teladan.

Doa Menolak Wabah Penyakit

اللهم إن هذا المرض جند من جنودك Allahumma inna hadzal marodho jundun min junuudika تصيب به من تشاء وتصرفه عمن تشاء Tushiibu bihi man tasyaaa', wa tashrifuhu 'an man tasyaaa' اللهم فاصرفه عناوعن بيوتنا وعن والدينا وازواجنا واهلنا وبلادنا وبلادالمسلمين و كل بلاد Allahumma fashrifhu 'annaa wa 'an buyuutinaa wa 'an waalidiinaa wa azwajinaa wa ahlinaa wa bilaadinaa wa bilaadil muslimiin wa kulli bilaad وحفظها مما نحافه ونحذر Wahfazhnaa mimmaa nakhoofuhu wa nahdzar فانت خير حافظ وانت ارحم الراحمين Fa Anta khoirun haafizho Wa Anta arhamur raahimiin Ya Allah, sesungguhnya penyakit ini adalah salah satu tentaramu Engkau timpakan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hindarkan darinya siapa saja yang Engkau kehendaki Ya Allah, hindarkanlah penyakit ini dari kami, dari rumah-rumah kami, hindarkan dari orang tua kami, pasangan-pasangan kami, keluarga kami, dari negeri kami dan negeri kaum muslimin dan dari seluruh negeri. Dan lindungilah kami d