Langsung ke konten utama

Bahaya Memaksa Anak Masuk Pondok


Namanya pemaksaan memang cenderung bahaya. Sama bahayanya dengan memaksa anak masuk sekolah biasa padahal dia pengen ke pondok.

Namun anak bisa diarahkan. Jika memang orang tua sudah memiliki visi bahwa pendidikan karakter dan kemandirian dengan kurikulum 24 jam, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, adalah baik buat anak, maka anak bisa diarahkan.

Kalau orang tua tidak mau mengarahkan kecenderungan anak, maka para tiktokers, youtubers, dan influencers akan dengan senang hati "mendidik dan mengarahkan" anak-anak kita (sebagai objek cuan.)

Di antara cara orang tua mengarahkan anak adalah dengan membatasi "arahan" yang tidak terkontrol dari influencers di dunia maya. Buat kesepakatan pemakaian internet bersama anak. Apalagi ada riset yang membuktikan bahwa kebanyakan main internet bisa menghentikan perkembangan otak anak.

Kedua, beri anak asupan yang membuatnya bersemangat ke pondok.

Di antaranya bacaan-bacaan tentang pondok. Walhamdulillah, sudah banyak komik menarik tentang pondok.

Misalnya Pesantren Keren jilid 1-4, dan Pesantren Keren Reborn. Dengan tokoh utama santri cowok. Atau komik Aku Senang Jadi Santri jilid 1-3, jika ingin yang tokoh utamanya cewek. Semuanya terbitan Al-Kautsar Kids.

Selain itu ada juga komik Top Secret Santri Gontor yang kocak, dan mengungkap sisi-sisi penuh tantangan menjadi santri.

Tidak cukup cuma tentang pondok, anak-anak juga bisa dibentuk mindsetnya dengan komik-komik kehidupan para ulama Salaf.

Mulai Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii, juga Imam Ahmad (semua karya Vbi Djenggotten), tuk melihat bagaimana para tokoh sejarah tersebut berjuang menuntut ilmu sejak belia.

Termasuk juga komik tentang saintis besar Islam seperti Al-Haitsami, Al-Jazari, atau Jabir Ibnu Hayyan (Penerbit Salsabila).

Dan tidak bisa dilewatkan komik kehidupan KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, M. Natsir, dan Buya Hamka (Penerbit Salsabila).

Sekali lagi, ini semua komik, jadi tampilannya cenderung disukai anak-anak, sehingga lebih mudah membentuk alam bawah sadar mereka tentang perjuangan mencari ilmu sejak belia.

Di luar itu masih buaaanyaak lagi komik-komik islami, termasuk buku cerita non komik yang juga bisa membantu mengarahkan jiwa anak-anak, seperti;

Berjalan Jauh Mencari Ilmu (Pustaka Al-Kautsar), dan
Kisah Hebat Para Ulama Ketika Menjadi Santri (At Tuqa).

Atau kalau mau yang non fiksi tapi sangat inspiratif, ada novel tentang seorang santri yang berontak dari pondok, terjerumus dunia hitam, tapi lalu menyusuri jalan taubat dan akhirnya hidup mulia, karena mengamalkan nasihat kyainya. Tere Liye memberi judul novel ini; Janji. Highly recommended.

Ini bukan iklan buku. Juga bukan ingin bilang bahwa pondoklah opsi pendidikan terbaik.

Poin utamanya adalah bagaimana orang tua meluangkan waktu dan tenaga, tuk mengarahkan anak dan berdialog dengan mereka tentang masa depan.

Jangan anggap anak selalu terlalu kecil untuk diajak dialog. Jika 10 tahun tidak sholat itu sudah boleh "dipukul", maka sejatinya dia sudah bisa dialog sebagai orang dewasa, yang harus hidup dengan memikul tanggung jawab. Hidup bukan untuk main.

"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku"
(QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ke manapun sekolah, kalau tidak menambah ibadah, tidak menambah rasa menghamba kepada Allah, semua sia-sia.


Kota Hujan,
1 Jumadil Ula 1446

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahaya Hidup Sederhana bagi Anak?

Menurut Psikolog David J Bredehoft PhD, anak yang tidak terdidik hidup sederhana akan mengakibatkan, di antaranya; 1. Selalu ingin hadiah segera 2. Tidak mampu mengendalikan diri 3. Makan berlebihan 4. Tidak bertanggung jawab 5. Tidak paham apa itu "cukup", dll. Dalam islam sendiri, ajaran hidup sederhana erat kaitannya dengan pembentukan karakter syukur. Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia juga tidak akan mensyukuri yang banyak.  [HR. Ahmad, 4/278] Anak yang tidak bisa mensyukuri makan nasi tempe tahu, akan sulit mensyukuri makanan yang lebih mewah daripada itu. Anak yang tidak bisa mensyukuri jatah gadget 15 menit sehari, akan sulit bersyukur dikasih jatah gadget berapa lama pun. Anak yang tidak bisa mensyukuri liburan murah meriah, akan sulit bersyukur ketika diajak liburan mewah. Akhirnya anak tidak tahu apa itu cukup, dan sulit bahagia kecuali level rewardnya dinaikkan terus. Dalam mendidik kesederhanaan, orang tua harus menjadi teladan.

Persamaan Umar bin Khattab dan Anak-Anak Kita

Dalam Hadits Imam Ad-Darimi no. 436, dikisahkan bahwa; Suatu ketika Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ia dalam kondisi bersemangat karena mendapatkan salinan Taurat. Namun Nabi justru menampakkan wajah tidak senang, bahkan Umar ditegur dengan keras. Apa persamaannya dengan anak-anak kita sekarang? Sama-sama tidak dianjurkan membaca sembarang sumber, sebelum iman tertanam kuat di dalam jiwa. Betul, anak-anak kita sekolahnya di islam terpadu, ngaji di sekolah setiap hari. Pun ditegakkan aturan menutup aurat selalu. Tapi juga rajin menyerap tontonan artis korea yang tampak glowing dengan busana terbuka, kata-kata kasar di postingan viral, juga bermain game yang padat konten pembunuhan dan pakaian seksi. Jika seorang sekelas Umar yang masih halaqoh langsung dengan sang Nabi saja masih dilarang dulu baca-baca Taurat sembarangan. Apakah seorang anak diperbolehkan "baca-baca" gadget sembarangan hanya karena sudah sek

Kok Orang Tua Dulu Ga Belajar Parenting?

Orang tua sekarang harus belajar bagaimana bersikap ke anak, cara berbicara ke anak. Orang tua ga boleh marah ke anak, ga boleh banyak nyuruh, tapi harus paham kejiwaan anak. Orang tua juga harus paham perkembangan otak anak. Cara parenting ke anak usia 7 tahun beda dengan yang 12 tahun. Nanti kalau anak remaja beda lagi caranya. Jadi orang tua harus paham adab dan tata cara berinteraksi dengan anak. Apakah anak juga belajar "childrening"? Belajar gimana cara bersikap dan berbicara kepada orang tua? Atau qoulan karima kalau kata Al-Quran... Gimana adab ketika ditegur orang tua, dan sikap ketika orang tua menyuruh sesuatu? Kenapa anak ga belajar "childrening"? Karena anak fokus belajar akademik agar pintar. Rajin les dan ekskul agar berprestasi. Biar masa depan sukses, pekerjaan bergengsi, hidupnya mapan. Sedangkan orang tuanya harus rajin parenting, biar ga berbuat salah sama anak... Lalu, kenapa banyak orang tua dulu ga belajar parenting tapi anak-anak